Buah impor kian banyak mengisi ruang ruang lapak pedagang buah di NTB. Buah-buahan yang didatangkan dari luar negeri ini memang unggul dari kualitas rasa dibandingkan buah lokal. Namun, saat ini heboh di tanah air soal buah impor yang mengandung pestisida dengan kadar di atas ambang batas berdasarkan hasil laboratorium otoritas Thailand. Paparan pestisida dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit yang membahayakan kesehatan.
WASPADA dan berhati-hati menjadi penekanan Icha, warga Mataram ketika membeli buah impor seperti buah apel, anggur hingga pir. Kewaspadaan ini penting dilakukannya ketika menonton media sosial atau televisi, jika banyak buah impor, khususnya yang didatangkan dari China banyak yang membahayakan kesehatan.
Secara pribadi dirinya sangat suka buah-buahan impor. Selain ukurannya jumbo, dari sisi rasa juga lebih enak. Tapi, jika tidak memikirkan kesehatan jangka panjang anak dan keluarganya, buah impor bisa jadi konsumsi wajib tiap hari. Namun, matanya semakin terbuka ketika membuka media sosial, seperti Facebook, TikTok hingga YouTube saat ada ulasan atau tampilan terkait buah-buahan impor.
Dicontohkan ketika menonton apel merah atau apel hijau yang ada bergaris-garis merah. Ia sangat suka dengan apel merah dan sejenisnya, termasuk anggur merah yang rasanya cukup manis. Namun, ketika menonton salah satu konten terkait anggur hijau yang sengaja dicat menggunakan warna merah persis seperti buah apel yang dibeli selama ini, ia langsung semakin waspada membeli buah impor.
“Apa iya anggur yang kita konsumsi selama ini betul -betul tidak ada bahan kimianya atau tidak dicat?” ujarnya penuh tanda tanya.
Karena itu, ketika membeli buah -buahan dan dijadikan konsumsi pribadi atau tamu langsung direndam menggunakan air garam atau dicampur bahan pencuci piring. Namun, ia tetap khawatir bahan kandungan zat kimia masih tersimpan pada buah tersebut. “Jadi kalau buah apel atau pir, jika mau dikonsumsi, kita kupas saja kulitnya. Ini untuk berjaga-jaga saja,” tambahnya.
Menurutnya, yang paling segar adalah buah lokal yang dipetik langsung di pohonnya. Sementara kalau membeli di pasar dikhawatirkan sudah diberikan zat kimia yang bisa membahayakan kesehatan. Meski demikian, dirinya ketika membeli buah-buahan lokal tetap membersihkan dengan menggunakan air garam atau campuran pencuci piring agar yakin dengan kehigienisan buah yang dikonsumsi tersebut.
Kondisi serupa dialami pedagang buah di Mataram. Sejak dihebohkan mengandung residu kimia berbahaya, pembelian anggur shine muscat, menurun cukup drastis.
Yoyon, salah satu pedagang buah yang telah berjualan selama 10 tahun menggunakan mobil pick up, menuturkan penjualan anggur shine muscat menurun drastis. Biasanya, setiap hari anggur shine muscat yang ada di lapaknya ludes terjual dalam sehari. Kini sejak heboh berita anggur tersebut mengandung bahan kimia berbahaya, anggur shine muscat yang dijualnya belum habis bahkan setelah lima hari.
“Agak sepi, biasanya setiap hari sehari habis, sekarang enggak,” katanya saat ditemui Ekbis NTB, Minggu, 3 Oktober 2024.
Yoyon mengatakan pembeli agak takut membeli anggur shine muscat karena adanya berita terkait adanya kandungan zat kimia. Namun, ketersediaan anggur shine muscat di pasar induk tempat ia biasa membeli masih tersedia hingga kini.
“Ngambil di Pasar Induk Sweta. Kalau untuk impor darimana saya kurang tahu, intinya impor,” katanya.
Ia mengaku, dengan menurunnya pembelian anggur shine muscat ini, dirinya sedikit dirugikan. Pasalnya, biasanya setiap hari penjualan anggur seharga Rp45.000-Rp50.000 per kotak ini akan ludes terjual, namun kini, pembelian anjlok karena berita tersebut.
Hal senada disampaikan Juan, pedagang buah di arena buah Cakranegara. Ia mengaku, sejak adanya berita anggur shine muscat berbahaya, rata-rata wisatawan enggan membeli anggur shine muscat asal China.
“Orang bule kalau dia tahu dari China pasti enggak mau beli, kalau dari Amerika, Australia, New Zealand, dia mau beli,” katanya.
Sementara itu, untuk masyarakat lokal dikatakan masih ada beberapa yang membeli anggur shine muscat. Apalagi, tidak semua masyarakat mengetahui informasi terkait anggur impor yang disebut memiliki kandungan zat berbahaya.
“Ada yang tahu, ada yang engga tahu. Jadi yang beli anggur ini masih lumayan banyak,” lanjutnya.
Ia membeberkan, dirinya biasa membeli anggur shine muscat dari dua tempat, yaitu Pasar Induk Bertais dan PT Laris Manis Utama (LMU). Anggur shine muscat yang ia jual berasal dari berbagai negara seperti China, Australia, Amerika, dan New Zealand.
“Dari produknya ada tertulis di kardusnya. Ada yang dari New Zealand, dilihat dari kardus atau keranjangnya. Kalau tulisan Mandarin itu pasti dari China,” ungkapnya.
Meski beberapa pelanggan bule enggan membeli produk China, Juan mengaku rata-rata buah yang ia jual berasal dari negara Tirai Bambu tersebut. “Kebanyakan produk dari China yang menguasai, selebihnya dari negara lain seperti Australia,” ucapnya.
Diakuinya, adanya berita anggur shine muscat yang mengandung bahan kimia berbahaya tidak begitu berpengaruh terhadap penjualan buahnya. Meski rata-rata anggur yang ia jual berasal dari China, namun masih banyak warga lokal yang tetap membeli buah impor tersebut.
Demikian pula dikatakan oleh pedagang lainnya yang ada di Arena Buah Cakranegara, Diah, ia mengaku penjualan anggur shine muscat akhir-akhir ini agak sedikit menurun. Namun tidak begitu berpengaruh terhadap penjualan buah lainnya. “Agak sedikit menurun, tetapi masih banyak juga yang beli walaupun tidak sebanyak sebelumnya,” katanya.
Anggur yang ia jual berasal dari berbagai negara, termasuk China. Ia biasa mengambil buah dari Pasar Induk Bertais dan PT LMU sama seperti Juan. (ham/era)