Mataram (suara NTB) – Pemerintah Kota Mataram mendapat sorotan terkait pembagian anggaran antara hibah untuk KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) Kota Mataram dan anggaran untuk kepemudaan yang dinilai sangat jomplang. ‘’Anggaran untuk KONI di tahun ini tercatat mencapai Rp3,5 miliar, sementara anggaran untuk kepemudaan hanya sebesar Rp200 juta,’’ kata Sekretaris Komisi IV DPRD Kota Mataram, Nyayu Ernawati, S.Sos., dalam rapat gabungan komisi dewan dengan eksekutif kemarin.
Anggaran kepemudaan tersebut, lanjut Nyayu kurang 10% dari anggaran hibah KONI. Hal ini memunculkan pertanyaan terkait ketidakseimbangan anggaran yang dirasa tidak mencerminkan perhatian yang cukup terhadap anak-anak muda yang berprestasi di berbagai bidang.
Politisi PDI Perjuangan ini menilai bahwa alokasi anggaran yang sangat besar untuk KONI sementara anggaran untuk kegiatan kepemudaan sangat minim menunjukkan ketidaksesuaian dengan program dan kebutuhan dinas terkait. “Ini sangat tidak matching. Anggaran untuk kepemudaan jauh lebih kecil dibandingkan dengan hibah untuk KONI. Padahal banyak anak muda kita yang berprestasi di berbagai bidang, namun kurang mendapatkan perhatian,” ujarnya geram.
Salah satu kekhawatiran yang disampaikan, Nyayu adalah anak-anak muda berprestasi yang berasal dari Kota Mataram bisa saja memperkuat daerah lain jika mereka merasa kurang diperhatikan. “Kami sangat khawatir anak-anak muda yang berprestasi ini akhirnya memilih untuk memperkuat daerah lain karena kurang mendapat perhatian dari pemerintah kota. Ini sangat disayangkan, karena daerah lain sangat memperhatikan pemuda dan atlet mereka,” tambahnya.
Oleh karena itu, Pemkot Mataram diharapkan lebih bijak dalam membagi anggaran, agar anak-anak muda yang berpotensi dan berprestasi dapat terus diberi dukungan untuk berkembang. Pemkot Mataram diharapkan juga dapat melihat permasalahan ini secara serius agar keseimbangan antara hibah untuk olahraga dan program kepemudaan dapat tercapai, sehingga menciptakan kesempatan yang lebih baik bagi generasi muda di Mataram.
Sementara itu Sekda Kota Mataram, Lalu Alwan Basri mengatakan alokasi anggaran sebesar Rp3,5 miliar oleh KONI dinilai masih minim. Dia menekankan pentingnya untuk tidak hanya melihat kinerja KONI pada saat pemberian bonus, tetapi juga membahas aspek lain dari pembinaan yang telah dilakukan.
Menurut Alwan, KONI telah melakukan sejumlah pembinaan yang cukup signifikan untuk menghindari permasalahan atlet yang pindah ke cabang olahraga lain, seperti yang terjadi pada cabang olahraga renang. Seorang atlet asal Mataram yang sempat pindah rumah ke Gunungsari juga telah mendapatkan perhatian dari KONI, yang berusaha menjaga agar perpindahan tersebut tidak berlanjut. Alwan mengingatkan bahwa pembinaan semacam ini perlu lebih didalami dan dipastikan bahwa KONI melakukan langkah-langkah yang tepat guna mencegah hal serupa di masa depan.
Alwan berharap agar KONI terus meningkatkan koordinasi dan transparansi dalam menjalankan pembinaan terhadap atlet, agar dapat menciptakan prestasi yang lebih maksimal dan menjaga agar tidak terjadi perpindahan yang merugikan. (fit)