PEMPROV NTB dan Pemda Kabupaten/Kota di daerah ini didorong untuk fokus pada upaya-upaya hilirisasi pada sektor wisata dan pertanian. Sebab program hilirisasi pada dua sektor ini akan memberikan kontribusi yang berkelanjutan bagi perekonomian masyarakat. Artinya pemerintah tak harus bergantung pada sektor tambang untuk pertumbuhan ekonomi.
Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTB Ratih Hapsari Kusumawardani mengatakan, pentingnya program hilirisasi, salah satunya untuk meningkatkan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) Provinsi NTB terhadap perekonomian nasional.
Sebagai gambaran, secara kontribusi terhadap PDB Nasional, PDRB Regional Bali Nusra termasuk di dalamnya Provinsi NTB menyumbang sebesar 2,75 persen atau Rp90,05 triliun terhadap PDB nasional sebesar Rp3.279 triliun.
“Kami di Kanwil DJPb Provinsi NTB terus mendorong Bappeda Provinsi NTB maupun Kabupaten/Kota untuk fokus pada upaya-upaya industrialisasi dan hilirisasi pada sektor wisata dan pertanian sebagai sektor yang memiliki lebih sustainable dibandingkan tambang serta sebagai sektor unggulan Provinsi NTB,” kata Ratih Hapsari Kusumawardani akhir pekan kemarin.
Berdasarkan data dari BPS, pertumbuhan ekonomi NTB triwulan III-2024 masih kokoh berada di atas dibanding provinsi lain di regional Bali Nusra maupun nasional. Ekonomi NTB pada triwulan III-2024 tumbuh 6,22 persen (yoy) dengan tambang, namun hanya sebesar 3,38 persen (yoy) jika tanpa sektor tambang. Pertumbuhan ekonomi NTB pada triwulan III terjaga di dalam interval target laju pertumbuhan (5,8 – 7,1 persen), meskipun jika mengeluarkan sektor tambang, berada di bawah interval target laju pertumbuhan (5,2 – 6,5 persen).
Sektor Pertambangan dan Penggalian berkontribusi tertinggi terhadap pertumbuhan pada triwulan ini, yaitu 2,84 persen dari 6,22 persen pertumbuhan pada bulan ini. Aktivitas produksi konsetrat kering tembaga dan ekspornya menjadi andalan pada sektor tambang. Beberapa sektor yang mengalami perlambatan pada Q3 antara lain Konstruksi, Industri pengolahan, dan Administrasi Pemerintahan.
Dari sisi pengeluaran, komponen ekspor melanjutkan tren pertumbuhan yang cukup tinggi pada triwulan lalu. Pada triwulan ini yaitu tumbuh 14,26 persen. Konsumsi rumah tangga masih tumbuh positif dan memiliki kontribusi tertinggi dalam perekonomian. Konsumsi Pemerintah tumbuh positif seiring dengan pemenuhan pelayanan bagi masyarakat. Impor masih tumbuh positif untuk memenuhi kebutuhan mesin, ban, turbin, dan parts alat berat. Secara umum, distribusi Konsumsi Rumah Tangga (PKRT) sebesar 58,51%, disusul Ekspor Barang dan Jasa 40,01 persen.
Pada November 2024 terjadi inflasi atau kenaikan IHK sebesar 1,46 persen (yoy), dengan indeks rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat atau IHK pada November 2024 sebesar 106,55 dengan tahun dasar 2022. Inflasi pada Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau pada bulan ini cukup rendah, yaitu pada 0,94 persen. Komoditas yang harganya naik yaitu SKM, SKT, kopi bubuk, dan tomat. Sedangkan komoditas yang harganya turun yaitu cabai rawit, beras, cabai merah, dan ikan.
“Tren IHK pada tahun 2024 cukup terjaga. Namun, tingkat inflasi terus mengalami penurunan selama tujuh bulan, sehingga harus mulai diwaspadai oleh pemerintah, karena dapat mengindikasikan turunnya daya beli masyarakat,” terangnya.
Kanwil DJPb Provinsi NTB mendorong pemerintah daerah untuk menggiatkan operasi pasar murah sebagai upaya membantu daya beli masyarakat dan memantik keseimbangan harga di pasar. Selain itu, harapannya TPID provinsi/kabupaten/kota merencanakan sidak rutinan ke pasar dan distributor agar tidak terhadap penahanan barang yang dapat mengganggu keseimbangan permintaan dan penawaran di pasar.(ris)