Mataram (Suara NTB) – Bank Indonesia (BI) menyatakan pertumbuhan kredit di Provinsi NTB dari Januari – November 2024 atau sampai triwulan IV tercatat tinggi dan sedikit di atas kisaran target tahun 2024 sebesar 10-12 persen. Berdasarkan lokasi proyek, penyaluran kredit di Provinsi NTB tumbuh 12,77 persen (yoy). Nominal kredit sebanyak Rp93,86 triliun.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia NTB Berry Arifsyah Harahap mengatakan, di tahun 2025 ini pertumbuhan kredit dipastikan akan tetap tumbuh. Salah satu sektor yang menjadi penopangnya adalah investasi dan modal kerja.
“Salah satu harapan kita di tahun 2025 kredit akan tumbuh cukup tinggi, 11 – 12 persen bahkan mungkin lebih ya. Terutama didorong terutama yang kita harapkan adalah investasi,” kata Berry Arifsyah Harahap akhir pekan kemarin.
Berdasarkan penggunaannya, akselerasi pertumbuhan kredit di 2024 terutama ditopang oleh pertumbuhan kredit modal kerja yang meningkat sebesar 21,83 persen dan kredit konsumsi yang tetap tinggi yaitu 11,38 persen.
“Sementara secara sektoral, kredit perdagangan dan pertambangan tumbuh meningkat dan menopang akselerasi pertumbuhan kredit secara umum,” imbuhnya.
Adapun penyaluran kredit turut didukung dengan likuiditas yang memadai dan risiko yang tetap terjaga. Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat tetap tumbuh positif sebesar 4,13 persen (yoy).
Sementara itu, rasio Non Performing Loan (NPL) juga tercatat masih jauh di bawah ambang batas yaitu 1,77 persen. Meski demikian, perlu terus dicermati sustainabilitas intermediasi ke depan seiring dengan masih tingginya ketidakpastian global yang dapat mempengaruhi dari sisi permintaan.
Ia mengatakan, porsi kredit juga banyak di sektor pertanian, sehingga diperkirakan tak akan terlalu banyak terganggu dengan pelemahan konsumsi rumah tangga nasional. Karena sumber Provinsi NTB banyak di sektor pertanian karena bersifat inklusif.
“Sementara dari sisi jenis penggunaannya, yang masih meningkat adalah kredit modal kerja. Ini relatif lebih baik, karena kredit modal kerja ini mirip-mirip investasi, namun hanya masalah kepercayaan dari bank. Akan tetapi ini mengindikasikan bahwa masih cukup tinggi investasi di NTB karena kredit modal kerja masih tumbuh,” katanya.
Mengingat angka pertumbuhan kredit yang tersaji hingga November, maka angka masih tetap bergerak di beberapa sektor. Misalnya sektor pertanian yang di bulan Desember sedang memasuki musim tanam berpotensi meningkatkan angka kredit di tahun 2024. “Sehingga angka kredit diyakini akan kembali naik di akhir tahun,” tutupnya.(ris)