Mataram (Suara NTB) – Berbagai upaya untuk pemulihan lahan dan hutan terus dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi NTB. Mengingat invasi monokultur jagung di kawasan hutan di Pulau Sumbawa telah mengkhawatirkan. Kejadian banjir dan longsor setiap musim hujan selalu terjadi. Sebagai gambaran, selama Desember 2024 dan Januari 2025 telah terjadi banjir di 15 titik DAS/Sub DAS di NTB.
Untuk itu Dinas LHK bersama Korem 162/WB, BPDAS Dodokan Moyosari UPT Kemenhut PLN Peduli, Kwarda Pramuka Sumbawa dan pihak terkait lainnya meluncurkan Gerakan Satu Desa Satu Demplot Agroforestry untuk Ketahanan Air, Pangan dan Mitigasi Bencana pada Minggu 2 Februari 2025. Kegiatan Kick Off dilaksanakan di Dusun Ai Boro Desa Teluk Santong dan di Desa Sepayung Kecamatan Plampang Kabupaten Sumbawa dan di Desa Marga Karya Kecamatan Moyo Hulu Sumbawa oleh Julmansyah bersama TNI, PLN, Kwarda Pramuka dan Pemda Sumbawa serta MUI Sumbawa.
Menurut Julmansyah, Kepala Dinas LHK NTB yang sekarang menjabat sebagai Direktur Penanganan Konflik Tenurial dan Hutan Adat Ditjen Perhutanan Sosial Kemenhut, bahwa kegiatan ini digagas oleh Dinas LHK NTB bersama Danrem 162/Wirabakti Brigjen Agus Bhakti, BPDAS Dodokan Moyosari, PLN Peduli, Pramuka dan Pemda Sumbawa. Menurut Julmansyah, ini merupakan PR atau janji yang harus dituntaskan sebagai Kadis LHK NTB sebelum pindah aktif di Kementerian Kehutanan Jakarta.
“Sebanyak 100an orang terdiri dari unsur TNI Koramil Empang, Balai KPH Ampang Plampang Dinas LHK NTB, Pramuka Saka Wanabakti dan Kepala Desa juga hadir langsung di kegiatan ini,” terang Julmansyah kepada Suara NTB.
Menurut Julmansyah, kegiatan ini direspon baik oleh para kepala desa di 27 desa di Kabupaten Sumbawa yang berkomitmen untuk membuat demplot agroforestry. Lokasi 27 demplot desa ini tersebar di tiga Balai KPH, diantaranya Balai KPH Ampang Plampang ada 15 desa, Balai KPH Batulanteh ada delapan desa dan Balai KPH Brang Beh ada empat desa. Masing-masing demplot dengan luasan 1 haktare, sehingga penanaman 2025 ini ada sekitar 27 hektare demplot agroforestry.
Salah seorang warga Dusun Ai Boro Desa Teluk Santong Kecamatan Plampang yang lahannya menjadi demplot, Sulaiman mengakui bahwa usaha monokultur jagung ini sering membawa kerugian bagi warga. Sehingga dia berharap ada perubahan pendapatan di tahun-tahun mendatang melalui agroforestry ini.
Adapun total bibit yang tertanam pada 27 demplot kurang lebih 5.000 bibit yang tersebar di KPH Ampang Plampang 2.700 bibit, Batulanteh 1.300 bibit dan KPH Brang Beh 1.000 bibit. Sumber bibit berasal dari BPDAS Dodokan Moyosari dengan jenis alpukat, petai, kelengkeng, nangka, mangga, duren, dan lain-lain.
Menurut Julmansyah, demplot agroforestry ini diharapkan mampu men-trigger masyarakat agar tidak saja melalukan budidaya monokultur jagung, tetapi mulai mengolah lahan dengan pola agroforestry.
“Kedepan demplot ini dapat menjadi percontohan dan bahan edukasi nyata pada masyarakat agar ada perubahan mindset dan berubah dari pertanian monokukur ke agroforesrty atau kebun campur/wanatani,” imbuhnya.
Dengan agroforestry untuk pemulihan lahan dan hutan kritis bisa menjawab dua hal secara langsung yakni peningkatan ekonomi masyarakat melalui pemanfaatan buah dari tanaman produktif dan secara ekologi mencegah run off atau air limpasan sedimentasi serta berpotensi timbulnya mata air baru.(ris)