KEPALA Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi NTB Dr. Drs. H. Lalu Makripuddin, MSi., memberikan apresiasi pada Pemprov NTB dan pemerintah kabupaten/kota di NTB dalam menangani stunting. Adanya kerja sama yang dilakukan antara BKKBN dan pemerintah daerah mampu menurunkan angka stunting cukup signifikan di NTB.
‘’Sangat terkesan dan senang pemerintah daerah dalam mendukung quick win Menteri Pendudukan dan Pembangunan Keluarga, karena ada beberapa quick win yang menjadi program nasional yang bersama itu disebut Genting (Gerakan OrangTua Asuh Cegah Stunting). Ini kita harapkan pendampingan pada penderita stunting dilakukan secara berkelanjutan,’’ ujarnya dikonfirmasi usai bertemu Sekda NTB Drs. H. Lalu Gita Ariadi, M.Si., di Kantor Gubernur NTB, Kamis, 6 Februari 2025.
Untuk itu, ujarnya, jika ada ibu hamil harus terus dilakukan pendampingan hingga 1.000 hari pertama kehidupan. Selama ini, keberhasilan menurunkan angka stunting, karena pemerintah daerah melakukan pendampingan pada anak yang berisiko stunting dilakukan secara berkelanjutan.
‘’Jadi tidak hanya memberikan bantuan telur dilepas, tidak. Karena kalau memberikan bantuan telur, jika tidak didampingi lagi tidak akan banyak bermakna. Kita dampingi sejak kita memberikan bantuan sampai dengan 1.000 hari pertama kehidupan,’’ terangnya.
Selain itu, pihaknya akan melakukan kampanye untuk menjadi orang tua asuh cegah stunting. Orang tua asuh ini akan mendampingi keluarga berisiko stunting sampai dengan berusia 2 tahun. Dalam hal ini, Pemprov NTB, sudah menyatakan komitmen mendukung program ini, karena NTB mengalami berhasil menurunkan angka stunting.
‘’Kita turun itu kemarin 8,1 persen. Dari 32,7 menjadi 24,6 persen. 2022-2023. Kita harapkan 2024 hingga 2025 turun secara berkesinambungan. Secara nasional target 14 persen, tapi di NTB berharap target itu bisa dicapai. Di NTB mulai dari 37 persen awal program stunting dilaksanakan, menjadi 14 persen kita bagi menjadi 5 tahun sesuai dengan RPJMN 2019-2024. Jadi per tahunnya dari 37 menjadi katakankah kemarin menjadi 14 persen kira-kira berapa persen. Itu kita bagi 5 per tahun. Tapi kemarin kita mencapai di atas target itu,’’ ujarnya.
Yang kedua itu, pihaknya memiliki program Tamasya (Taman Asuh Sayang Anak). Diharapkan tidak ada pengasuh yang melakukan kekerasan pada anak yang diasuhnya. Kasus di beberapa daerah di luar NTB akan dijadikan pelajaran dalam menerapkan program ini, sehingga anak-anak tidak mengalami kekerasan dalam pengasuhannya
Pengasuh di Tempat Pengasuhan Anak (TPA) di NTB akan diberikan peningkatan kapasitas. Dalam waktu dekat, pihaknya akan mencoba di 1 kabupaten, 1 TPA yang diberikan program peningkatan kapasitas pengasuh dan ini akan berkembang ke beberapa TPA yang lainnya. ‘’Adanya kementerian ini akan bergerak lebih leluasa dibanding saat menjadi badan,’’ terangnya. (ham)