spot_img
Minggu, Februari 9, 2025
spot_img
BerandaPENDIDIKANMakna Hari Raya Saraswati di Era Modern

Makna Hari Raya Saraswati di Era Modern

Mataram (Suara NTB) – Hari Raya Saraswati diperingati sebagai turunnya ilmu pengetahuan. Di mana umat Hindu memuja Dewi Saraswati sebagai simbol ilmu dan seni. Tepat pada Sabtu (8/2/2025) menjadi momentum bagi masyarakat khususnya umat Hindu di NTB melakukan doa bersama dengan penuh khidmat.

Dalam pantauan Suara NTB, dari pagi hingga malam hari masyarakat Hindu mendatangi tempat-tempat persembahyangan. Kepulan wangi asap dupa dengan indahnya canang sari siap menghiasi persembahyangan, baik di pura maupun sekolah-sekolah.

Pada hari raya yang jatuh setiap 210 hari ini tidak menyurutkan semangat para pelajar untuk mengikuti rangkaian Hari Saraswati. Kegiatan diisi dengan penampilan tarian spiritual dan mendengarkan ceramah agama.

Terpusat di Pura Lingsar dan Pura Saraswati, kegiatan ini juga turut dihadiri oleh para pemuka agama dan stakeholder terkait. Salah satunya pihak PHDI NTB.

Menurut Ketua PHDI NTB Ida Made Santi Adnya, S.H., M.H., bentuk ilmu pengetahuan saat ini terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Tidak hanya berupa buku yang dipergunakan sebagai media pembelajaran, tetapi perpaduan teknologi yang begitu masif.

Perkembangan ilmu pengetahuan, kata Ketua PHDI NTB, selaras dengan perkembangan pikiran manusia. Sehingga menjadi tantangan bagi setiap manusia untuk bisa adaptasi diri dan ikut melanggengkan ilmu pengetahuan dan menemukan kebahagiaan sebagai tujuannya.

“Ilmu pengetahuan jadi bagian penting dalam kehidupan yang digambarkan melalui simbol-simbol pada Dewi Saraswati,” ujarnya.

Ia menambahkan, setiap simbol punya makna yang berkaitan dengan era modern saat ini. Mulai dari bagian dari ilmu pengetahuan yang baik adalah memiliki kebijaksaan dengan simbol teratai. Kemudian sebagai manusia yang berilmu juga harus bisa membedakan benar atau salah, disebut Wiweka. Hal itu digambarkan melalui simbol angsa.

Santi Adnya menuturkan, bagian penting lainnya dalam bentuk emosional ialah menekan ego, yang digambarkan burung merak. Selain itu ada simbol rangkaian manik-manik sebagai tanda memiliki konsentrasi yang baik dan keropak atau lontar simbol sumber ilmu pengetahuan.

“Nilai-nilai spiritual itulah yang harus jadi pegangan secanggih apapun bentuk pengetahuan saat ini, apalagi mudah diakses semua orang,” ungkapnya.

Pihaknya mengapresiasi antusiasme masyarakat Hindu di NTB, tidak hanya pada perayaan Hari Saraswati tetapi juga pada hari-hari keagamaan lainnya. “Luar biasa antusiasme umat dan dari waktu ke waktu harus ditingkatkan kualitas pemaknaan ya bukan kuantitasnya,” kata Ketua PHDI NTB.

Hal senada juga disampaikan salah satu pelajar di Mataram, Gede Eka Wiratama. Ia mengatakan rutin mengikuti persembahyangan di Pura Lingsar setiap pelaksanaan Hari Raya Saraswati. Kegiatan ini dilakukan bersama teman-teman dan dari pagi hingga siang hari. Sebelum memulai persembahyangan di pura, dimulai dulu dari rumah masing-masing. Selain itu, menghaturkan canang diatas buku yang setiap hari digunakan menimba ilmu.

“Walaupun sempat hujan tapi kami tetap sembahyang ke Pura Lingsar beramai-ramai,” katanya.

Menurutnya, selain momen ini tidak hanya dimanfaatkan untuk menghargai dan memanfaatkan pengetahuan dengan baik, tetapi juga sebagai bentuk menjaga kebersamaan satu sama lain. Persembahyangan di Pura Lingsar juga diakuinya, diikuti oleh siswi -siswa dari sekolah berbeda. “Ya ada yang mekidung, dan lanjut dengarin dharma wacana,” ujarnya. (nia)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -



VIDEO