Mataram (Suara NTB) – Musim pancaroba yang terjadi sejak akhir 2024 menyebabkan lonjakan permintaan obat batuk dan pilek di sejumlah apotek. Baik obat bebas maupun resep dokter dengan kenaikan penjualan mencapai 20% hingga 30%.
Berdasarkan hasil wawancara dengan tenaga farmasi di beberapa apotek, mayoritas pembeli obat batuk pilek adalah orang dewasa yang melakukan swamedikasi atau pengobatan sendiri. Sementara itu, obat untuk anak-anak tetap memerlukan resep dokter.
“Obatuk pilek yang sering dibeli pasien untuk swamedikasi itu biasanya OBH dan Vicks, sedangkan untuk tablet biasanya Demacolin dan Alpara,” ujar Nunuq, asisten apoteker, di Apotek Catur Warga, Mataram, Jumat. 9 Februari 2025.
Ia menjelaskan bahwa sejak akhir 2024, penjualan obat batuk pilek mulai meningkat seiring perubahan cuaca yang tidak menentu. “Biasanya dalam sehari hanya ada satu hingga tiga orang yang mencari obat batuk bebas, tapi sekarang jumlahnya jauh lebih banyak,” tambahnya.
Meski permintaan meningkat, Nunuq memastikan stok obat di apotek masih aman karena dilakukan pengisian rutin setiap hari. Ia juga menegaskan bahwa pihak apotek tetap memberikan edukasi mengenai penggunaan obat kepada pasien.
“Kami selalu memberi penjelasan tentang cara penggunaan obat dan efek sampingnya, tetapi kembali lagi ke pasien, apakah mereka ingin membeli atau tidak. Kebanyakan pasien sudah tahu merek obat yang mereka cari,” jelasnya.
Kondisi serupa juga terjadi di Apotek Nia, Ampenan. Namun, di apotek ini, peningkatan signifikan terjadi pada penjualan obat resep dokter, terutama untuk racikan yang diperuntukkan bagi lansia dan anak-anak.
“Untuk penjualan obat bebas tidak ada kenaikan yang terlalu signifikan. Masyarakat lebih banyak mencari obat batuk, maag, asam urat, dan kolesterol. Namun, untuk pasien resep, permintaannya cukup meningkat, terutama untuk racikan obat batuk pilek lansia dan anak-anak,” ujar Widyawati, asisten apoteker, Jumat, 9 Februari 2025.
Selain obat batuk pilek, ia juga mencatat bahwa masyarakat mulai banyak membeli suplemen dan vitamin, khususnya vitamin D dan C, untuk menjaga daya tahan tubuh.
Terkait ketersediaan obat, Widyawati memastikan stok masih mencukupi. Namun, ia mengakui adanya kendala dalam distribusi akibat keterlambatan pengiriman dari distributor.
Para tenaga farmasi di apotek tetap mengimbau masyarakat agar lebih bijak dalam penggunaan obat, terutama bagi mereka yang melakukan swamedikasi. Jika mengalami efek samping atau kondisi tidak kunjung membaik, pasien disarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter guna mendapatkan penanganan medis yang tepat. (don)