Mataram (Suara NTB)- Bank Indonesia (BI) Provinsi NTB memproyeksikan pertumbuhan ekonomi daerah ini pada tahun 2025 tetap berada dalam tren positif.
Kepala BI NTB, Berry A. Harahap, mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi NTB tahun 2024 tercatat sebesar 5,30 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun 2023 yang sebesar 1,80 persen (yoy). Kinerja ekspor konsentrat tembaga serta daya beli masyarakat menjadi faktor utama yang menopang pertumbuhan tersebut.
Sementara itu, pada tahun 2025, pertumbuhan ekonomi NTB diperkirakan masih akan berlanjut dengan kisaran 4,3-5,1 persen.
Namun, angka ini masih berada di bawah rata-rata nasional. Faktor utama yang akan menopang pertumbuhan ekonomi adalah akselerasi investasi serta stabilnya konsumsi rumah tangga (RT), meskipun penambangan diperkirakan akan mengalami perlambatan akibat siklus produksi yang lebih rendah.
BI NTB mengidentifikasi beberapa faktor yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi dan inflasi di tahun 2025. Risiko tersebut terbagi menjadi dua sisi, yaitu upside (potensi pertumbuhan lebih tinggi) dan downside (potensi perlambatan ekonomi).
Faktor Pendorong Pertumbuhan (Upside) diantaranya, cuaca yang lebih stabil sepanjang 2025, yang mendukung produksi sektor pertanian. Peningkatan kinerja industri pengolahan seiring meningkatnya investasi. Peningkatan aktivitas di sektor pariwisata dan pertambangan. Program hilirisasi tambang yang terus berjalan.
Sementara Faktor Penghambat Pertumbuhan (Downside) diproyeksikan, rencana produksi tembaga yang lebih rendah dibandingkan tahun 2024, akibat siklus produksi tambang. Ketidakpastian kebijakan fiskal yang dapat berdampak pada konsumsi pemerintah. Dampak kenaikan PPN 12% terhadap daya beli masyarakat.
Potensi cuaca ekstrem yang dapat mengganggu hasil pertanian dan suplai pangan. Dan prospek ekspor konsentrat tembaga yang lebih rendah akibat faktor eksternal.
Untuk menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi dan menekan dampak negatif dari berbagai risiko yang ada, BI NTB menyiapkan beberapa strategi utama. Diantaranya, meningkatkan produktivitas sektor pertanian dengan mendorong modernisasi dan penggunaan teknologi dalam pertanian, serta penguatan kelembagaan dan SDM.
Investasi di Industri Makanan dan Minuman dengan Memastikan hilirisasi hasil pertanian dan perikanan serta pengembangan industri lokal. Investasi di Sektor Pariwisata yaitu dengan Meningkatkan daya saing destinasi wisata serta memperkuat infrastruktur pendukung.
Untuk Pengembangan UMKM untuk Mendorong Sektor Rill, BI mendorong akses pendanaan lebih luas bagi pelaku usaha kecil serta memperkuat ekosistem bisnis berbasis digital.
Dengan strategi-strategi tersebut, BI NTB optimis bahwa pertumbuhan ekonomi daerah dapat terus berlanjut dengan stabil di tengah berbagai tantangan global dan domestik.
“Kami akan terus mengawal kebijakan ekonomi daerah dan memastikan pertumbuhan ekonomi NTB tetap berada dalam jalur yang sehat dan berkelanjutan,” tutup Berry A. Harahap.(bul)