EKONOMI Provinsi NTB ditarget bisa tumbuh sebesar 7 persen di tahun 2025 ini. Meskipun pertumbuhan ekonomi menghadapi tantangan karena berkurangnya ekspor bahan galian yang selama ini mendominasi, namun ada beberapa potensi yang bisa mendongkrak. Salah satunya adalah industri smelter Amman Mineral di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB).
Pengamat ekonomi Universitas Mataram (Unram) Dr. M Firmansyah, menilai bahwa pemurnian mineral di smelter bisa memperluas pertumbuhan ekonomi di NTB. Menurutnya, karakter pertumbuhan ekonomi NTB selama ini memang banyak bersumber dari sektor tambang. Meskipun sektor-sektor lain memberikan kontribusi, namun peran mereka cenderung hanya sebagai pelengkap.
“Saat smelter beroperasi, pertumbuhan ekonomi bisa lebih tinggi atau sebaliknya, tergantung sejauh mana pengelola smelter secara intens melakukan operasi dan menghasilkan produk-produk yang layak ekspor. Namun, kita optimis bahwa smelter yang beroperasi dan membentuk kawasan usaha akan menghasilkan banyak tenaga kerja,” ujar Firmansyah kepada Ekbis NTB akhir pekan kemarin.
Firmansyah mengungkapkan bahwa dari hasil banyak riset, kawasan industri mampu menciptakan ribuan tenaga kerja. Efek berganda dari tenaga kerja yang terserap dapat menyumbang pertumbuhan ekonomi secara riil melalui peningkatan pendapatan dan konsumsi di daerah.
“Satu hal yang penting adalah memastikan bahwa tenaga kerja yang terlibat di smelter adalah masyarakat lokal atau masyarakat NTB. Logikanya sederhana, sebab masyarakat lokal akan menggunakan uangnya untuk pengembangan bisnis lokal,” tegasnya.
Meskipun ekspor ekstrak tambang minim, namun setelah dilakukan pemurnian oleh smelter, justru akan memperluas pertumbuhan ekonomi yang tercipta. Firmansyah juga menekankan pentingnya persiapan kawasan penyangga oleh pemerintah daerah, agar bisa mendesain klaster-klaster baru yang siap didiami oleh investor.
“Salah satu bisnis yang perlu diperhatikan adalah dalam rangka memasok seluruh kebutuhan smelter. Kita perlu mengidentifikasi semua kebutuhan secara riil dan menyediakannya melalui entitas bisnis di daerah,” jelas Firmansyah.
Ia berharap pemerintah provinsi, kabupaten/kota dapat duduk bersama memikirkan masalah ini. Kebutuhan kawasan industri harus bisa dipasok oleh entitas lokal, misalnya kebutuhan makan minum, dan infrastruktur lainnya. Bahkan, pengembangan wisata juga bisa ditingkatkan sana, mengingat smelter akan meningkatkan hilir mudik orang yang membutuhkan hiburan dan pariwisata.(ris)