Mataram (Suara NTB) – DPRD NTB mendorong optimalisasi Pelabuhan Gili Mas di Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru. Keberadaan Pelabuhan Gili Mas dianggap memiliki potensi besar dalam menggerakkan perekonomian masyarakat dan daerah.
Anggota Komisi IV DPRD NTB, H. Suharto, menyampaikan bahwa pelabuhan tersebut memiliki potensi luar biasa untuk mendukung berbagai sektor usaha, mulai dari industri kreatif hingga jasa pariwisata.
Suharto menekankan, pemanfaatan Pelabuhan Gili Mas tidak hanya sebatas sebagai tempat bersandarnya kapal pesiar, tetapi juga harus dimaksimalkan agar memberikan dampak nyata bagi perekonomian masyarakat sekitar.
“Pelabuhan ini bukan hanya tempat sandar kapal pesiar, tetapi juga peluang besar bagi UMKM, terutama dalam pemasaran produk-produk lokal melalui jaringan agen perjalanan yang ada di Lombok,” ujar Suharto.
Ia menambahkan bahwa strategi pemasaran yang tepat dapat meningkatkan penyerapan produk kerajinan lokal oleh wisatawan yang datang melalui Gili Mas.
Selain itu, keberadaan pelabuhan ini juga membuka peluang besar bagi PDAM Giri Menang, mengingat kapal pesiar yang bersandar memiliki kebutuhan air bersih dalam jumlah besar.
“Setiap kapal pesiar bisa membawa sekitar 6.000 penumpang dengan kebutuhan air bersih rata-rata 199 liter per orang per hari. Bayangkan potensi pemasukan bagi PDAM jika semakin banyak kapal pesiar yang sandar di Gili Mas,” jelas Suharto.
Dengan tingginya angka kebutuhan air bersih tersebut, Suharto optimistis bahwa Pelabuhan Gili Mas bisa menjadi sumber pemasukan signifikan, baik bagi sektor swasta maupun pemerintah daerah.
“Ini adalah peluang emas yang tidak boleh disia-siakan. Pemerintah daerah harus aktif mengelola dan mengoptimalkan segala potensi yang ada, agar dampak ekonominya benar-benar dirasakan oleh masyarakat,” kata Suharto.
Pada tahun 2024, tercatat sebanyak 22 kapal pesiar berlabuh di Gili Mas. Memasuki tahun 2025, sudah ada 8 kapal pesiar yang bersandar, dan diperkirakan hingga akhir tahun, jumlah kapal pesiar yang akan berlabuh mencapai 29. Retribusi kapal pesiar yang sekali sandar di Pelabuhan Gili Mas mencapai Rp 200 juta dengan durasi 12 jam.
Dengan banyaknya kapal pesiar yang berlabuh, pelabuhan ini tentu memiliki potensi ekonomi yang besar bagi daerah. Namun sayangnya, bagian retribusi yang diterima daerah dari keberadaan Pelabuhan Gili Mas hanya sebesar 5 persen.
Oleh karena itu, Suharto mendorong agar pendapatan daerah tidak hanya mengandalkan bagian retribusi tersebut, tetapi juga mengembangkan Pelabuhan Gili Mas untuk kegiatan ekonomi lainnya. “Masih banyak peluang untuk mengembangkan sektor-sektor lain di sekitar pelabuhan ini,” kata Suharto. (ndi)