Tanjung (Suara NTB) – Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) dengan program Desa Wisata Bebas Sampah di Indonesia diperingati di 8 desa se Indonesia, termasuk Kabupaten Lombok Utara (KLU). Kegiatan tersebut berlangsung di kawasan wisata Teluk Nara, Desa Malaka, Kecamatan Pemenang, Sabtu, 15 Februari 2025.
Pada kegiatan Aksi Peduli Sampah itu, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) RI berkolaborasi dengan Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal RI. Sejumlah pejabat pusat turut hadir, antara lain, Sekretaris Utama Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) RI, Rosa Vivien Ratnawati, SH., MSD., Direktur Jendral Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Kemendes PDT RI, Drs. Samsul Widodo, M.A. Sementara dari Pemda KLU, hadir Bupati KLU, H. Djohan Sjamsu, SH., didampingi oleh Forkopimda, kepala OPD, serta Pemdes dan masyarakat sekitar.
Sekretaris Utama Kementerian Lingkungan Hidup RI, Rosa Vivien Ratnawati menyebutkan, kepedulian dalam menjaga lingkungan bebas sampah perlu digerakkan bersama. Pasalnya, volume sampah di
Indonesia mencapai 56,3 juta ton per tahun. Untuk mengurai volume sampah tersebut, tentu dibutuhkan kolaborasi baik program pemerintah daerah, pemerintah desa, serta kesadaran tinggi dari masyarakat.
“Tentu sangat penting perlunya kerjasama untuk mengajarkan kepada anak-anak sejak usia dini, dalam memilah sampah organik dan non-organik,” ujar Rosa.
Pemerintah tingkat pusat sendiri, sambung dia, mulai meningkatkan kolaborasi pengendalian sampah. Di mana, Kementerian LHK dan Kemendes PDT, bersinergi untuk mencapai terwujudnya lingkungan yang bersih dan sehat.
Disebutkan, dalam rangka menyambut HPSN 2025 pada 21 Februari, pemerintah menunjuk 8 Desa di Indonesia sebagai pelaksana Asta Cita dalam bentuk Aksi Desa Bebas Sampah. Sedangkan desa-desa lain di Indonesia melakukan hal yang sama melalui zoom meeting.
Rosa juga mengingatkan, tragedi longsoran gunung sampah di TPA Leuwi Gajah, Cimahi, Jawa Barat, pada 21 Februari 2005 menjadi referensi pentingnya semua pihak menjaga lingkungan. Pasalnya, pada tragedi longsoran gunung sampah itu, menewaskan 155 orang.
“Tragedi ini menjadi pengingat pentingnya pengelolaan sampah yang baik, yang kemudian diperingati setiap tahun melalui Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN),” tambahnya.
Menurut dia, desa dianggap sebagai tempat awal produksi sampah, terutama sampah organik dari rumah tangga, pertanian, dan peternakan. Oleh karena itu, ia mengajak Gubernur, Bupati hingga Kepala Desa, untuk memulai pengelolaan sampah dari desa.
“Volume sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) dapat dikurangi secara signifikan,” tandasnya. (ari)