spot_img
Jumat, Februari 21, 2025
spot_img
BerandaNTBLOMBOK TIMURBersaing dengan Tengkulak, Bulog Lotim Percepat Pengadaan Beras 34 Ribu Ton

Bersaing dengan Tengkulak, Bulog Lotim Percepat Pengadaan Beras 34 Ribu Ton

Selong (Suara NTB) – Badan Urusan Logistik (Bulog) Cabang Lombok Timur (Lotim) mulai melakukan pengadaan beras menjelang panen raya 2025. Meski bersaing dengan para tengkulak, diyakinkan Bulog yang menggandeng TNI dalam proses percepatan pengadaan ini beras ini bisa mencapai target 34 ribu ton akhir April 2025 mendatang.

Kepala Cabang Bulog Lotim, Supermansyah, usai rapat persiapan percepatan pengadaan beras 2025 bersama dengan TNI, Dinas Pertanian dan mitra kepada media Selasa, 18 Februari 2025, menjelaskan pemerintah telah menetapkan harga pembelian ke petani langsung Rp 6.500 per kilogram Gabah Kering Panen (GKP) atau setara beras Rp 12 ribu yang diterima di gudang Bulog.

Supermansyah mengatakan dengan kemitraan yang lengkap ini, diyakini pengadaan tahun ini bisa mencapai target. Apalagi harga pembelian pemerintah (HPP) cukup mahal dibandingkan dengan HPP tahun-tahun sebelumnya.

HPP baru ini coba terus digencarkan sosialisasinya agar sampai di petani. Petani didorong turut mewujudkan swasembada pangan. “Mewujudkan swasembada pangan ini kan tugas Merah Putih, bukan hanya dari Bulog, TNI dan Dinas Pertanian, tapi tugas semua termasuk petani,” ungkapnya.

Guna mengawal implementasi HPP ini, TNI AD di bawah komando Komandan Distrik Militer (Dandim) 1615 Lotim akan mengerahkan semua personel, termasuk dalam kegiatan penyerapan. Sesuai masukan dari mitra Bulog Lotim, akan coba dibatasi beras produksi petani Lotim dibawa keluar, sehingga serapan target bisa tercapai.

Diakui, sisa waktu untuk pengadaan ini hanya dua bulan lagi efektif. Bulan Maret dan April. Sementara, realisasi penyerapan saat ini baru mencapai 1.300 ton. ‘’Masih ada 32,7 ton lagi yang harus digencarkan,’’ tambahnya.

Dandim 1615 Lotim, Letkol Inf. Bayu Sigit Dwi Untoro menjelaskan dalam kegiatan percepatan pengadaan beras pemerintah ini pihaknya mengerahkan seluruh personel. Para pasukan loreng Angkatan Darat ini menyambut baik program prioritas pemerintah dalam upaya mewujudkan swasembada pangan.

Meski akan bersaing dengan para tengkulak, Dandim juga berkeyakinan bisa menyerap seluruh target 34.000 ton beras sampai April 2025 mendatang.

Menurutnya, persaingan dengan tengkulak yang kerap memainkan harga di lapangan bukanlah masalah dan kendala untuk tidak tercapainya target tersebut. Seluruh personel TNI AD ini diyakini sudah sangat memahami tugasnya di lapangan..

Dipersilakan seluruh Babinsa yang ada di desa membantu petani. Bahkan ada ruang bisnis yang bisa dijalani oleh  Babinsa. Nilai yang diterima petani dipastikan tidak berkurang dari ketentuan yang telah ditetapkan.

Guna mempercepat proses penyerapan gabah petani dan pengiriman ke Bulog, Babinsa bisa membantu pengiriman ke penggilingan. Ada biaya pengiriman bisa diambil langsung dengan besaran Rp 200 per kilogram.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian Lotim, Lalu Fathul Kasturi menyampaikan sampai dengan April 36.033 hektar yang akan panen. Rata-rata Produktivitas lahan 5,5 ton per hektar. Maka bisa dihitung, produksi gabah kering panen (GKP) di Lotim ini bisa mencapai 210 ribu ton, ketika dikonversi menjadi beras bisa mencapai 99.493 ton

Bulog akan menyerap 34 ribu ton. Jumlah itu hanya sepertiga dari keseluruhan produksi beras Lotim. Dikatakan Kasturi, tidak semua gabah memang dijual petani karena ada kebiasaan mencadangkan untuk kebutuhan sampai panen berikutnya. “Petani  tidak ansih semua dijual,” paparnya.

Dalam setahun, Lotim sebenarnya bisa melakukan intensitas tanam padi di atas lahan 62 ribu hektar. Di mana, ada dua sampai tiga kali petani melakukan penanaman.

Dinas Pertanian Lotim menyambut baik perubahan HPP Rp 6500 per kilogram. Harga ini disebut cukup mahal untuk kalangan petani saat ini. Pasalnya, pada tahun-tahun sebelumnya HPP hanya tembus Rp 4.200. “Harga sekarang ini cukup bagus,” ucap Kasturi.

Tidak hanya itu, pembelian dari Bulog tidak lagi melihat kadar air. Berbeda dengan dulu yang katanya dalam pandangan petani terlalu banyak syarat kualitas. Petani sekarang dinilai akan cukup antusias untuk tanam padi.

Pemerintah sudah mulai melakukan pengawasan ketat mulai dari budidaya dengan baik dan pasti berusaha meningkatkan produksi setinggi-tingginya. “Dulu hanya bicara produksi, sekarang harga aman,” demikian imbuhnya. (rus)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -




VIDEO