Selama ini, masyarakat awam hanya mengetahui air nira murni yang diproduksi di Desa Kekait, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat (Lobar) berupa tuak manis atau gula aren saja. Namun, jika air nira murni ini diolah lagi bisa menjadi produk bernilai tinggi, yakni Dedolet. Bahkan pangsa pasar dari Dedolet ini sudah diekspor ke Jepang.
JIKA melewati Jalan Raya Gunungsari, Lobar menuju Tanjung Kabupaten Lombok Utara (KLU), maka di Desa Kekait hingga mencapai wilayah perbatasan yakni Pusuk di kanan jalan akan banyak ditemukan penjual tuak manis.
Tidak hanya tuak manis, warga sekitar juga menjual jajanan khas Lombok, yakni bantal dan lainnya. Namun, ada juga produk yang dipajang menggunakan bekas air kemasan 350 mili liter berwarna hitam kecokelatan berderet bersama tuak manis lainnya. Itulah Dedolet.
Salah satu penjual H. Paizul menjelaskan, jika Dedolet merupakan olahan air nira murni dari pohon aren yang direbus hingga menjadi gula aren cair. Menurutnya, proses pengolahan produk ini telah melalui pelatihan oleh instansi pemerintah beberapa waktu lalu. Tujuannya, meningkatkan pemanfaatan air nira tidak hanya diolah menjadi tuak manis saja, tapi produk lain, seperti Dedolet yang bisa menambah nilai ekonomi produk turunan aren bagi warga.
H. Paizul mengakui, jika Dedolet memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan gula aren batok atau tuak manis. Sebagai contoh, Dedolet ukuran 350 ml dapat dijual dengan harga Rp12.000 hingga Rp35.000 per botol.
Bahkan, ungkapnya, dirinya pernah menerima pesanan Dedolet dalam jumlah cukup besar dari salah satu pelaku UMKM di daerah ini. Dari pengakuan pemesan itu, ungkapnya, Dedolet yang dibeli dari dirinya dan warga lain di Desa Kekait akan diekspor ke Jepang. ’’Saya tidak tahu mau dibuat apa, tapi Dedolet ini sudah dikirim ke Jepang juga,’’ tambahnya.
 Desa Kekait, dikenal sebagai Desa Agrowisata Aren, dengan sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup dari pohon aren. Oleh karena itu, tambahnya, bahan baku untuk pembuatan Dedolet mudah didapat. Dengan diversifikasi produk seperti Dedolet, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani aren dan memberdayakan ekonomi lokal.
Waktu produksi dedolet juga lebih singkat yakni hanya sekitar lima jam jika dibandingkan gula aren batok delapan jam. Dedolet ini juga memiliki daya tahan yang cukup lama bahkan sampai satu tahun jika tidak terkena sinar matahari.
Dedolet mengandung lebih banyak nutrisi daripada gula putih yang sering dikonsumsi. Gula aren cair ini juga memiliki indeks glikemik yang lebih rendah daripada gula putih, sehingga dapat membantu menjaga gula darah tetap stabil. (ham)