Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi. Koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat yang berlandaskan asas kekeluargaan. Hal ini yang menjadi dasar bagi banyak orang mendirikan koperasi. Namun sayangnya koperasi yang didirikan ini banyak yang mati suri, kenapa?
SEJUMLAH bahan cetak batako dan genteng mangkrak di salah satu gudang bekas Koperasi Unit Desa (KUD) di Kecamatan Praya Tengah, Kabupaten Lombok Tengah. Keberadaan bekas KUD ini masih berdiri tegak, namun atap dan dinding yang berbahan baku seng sudah banyak yang sudah hilang dan lapuk dimakan usia. Di bagian areal lahan bekas KUD ini didirikan bangunan semi permanen oleh warga dan dipergunakan sebagai lokasi tempat berjualan dan memelihara ayam.

Sebelumnya di bangunan bekas KUD ini sering disewakan pada pihak ketiga sebagai tempat penyimpanan material proyek, seperti semen, kayu, besi dan bahan bangunan lainnya. Di tempat ini juga pernah didirikan koperasi oleh remaja dalam upaya memberdayakan masyarakat yang ada di sekitarnya. Namun, koperasi yang didirikan ini tidak bertahan lama, karena kepengurusannya tidak aktif akibat kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan.
Agul, salah satu warga setempat menuturkan, jika koperasi ini sebelumnya dipimpin oleh kakaknya. Namun, setelah kakaknya meninggal dunia, koperasi ini tidak berjalan aktif. Padahal, keberadaan koperasi ini cukup lengkap dan strategis. Apalagi, perhatian pemerintah terhadap keberadaan koperasi ini cukup besar.
Terlebih, salah satu warga di sekitar lokasi koperasi ini berdiri saat eksis menjadi pejabat di Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kabupaten Lombok Tengah (Loteng). Belum lagi, salah satu warganya juga merupakan pejabat eselon III di Kementerian Koperasi dan UKM di Jakarta saat itu.
Meski demikian, keberadaan anggota yang memiliki kesibukan tersendiri dan pekerjaan tetap, sehingga umur koperasi tersebut terbengkalai dan aset yang dimiliki juga mangkrak. Menurutnya, jenis koperasi yang dibuat tidak sesuai dengan keahlian dari anggota yang merupakan kebanyakan berprofesi sebagai pegawai dan lebih banyak bekerja ke luar kota. Dirinya tidak tahu seperti apa masalah kepengurusan dan nasib koperasi ini setelah ditinggal pengurus sebelumnya, sehingga sekarang menjadi tidak terurus.
Begitu juga dengan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Hari Jaya yang berlokasi di Jalan Gora, Selagalas, Kota Mataram. Pengelola koperasi, Dayuh mengatakan koperasi yang dijalankan bersama suaminya mengalami masalah finansial saat munculnya Covid-19 awal 2020 lalu.
Menurutnya, wabah ini dinilai sangat mempengaruhi roda perekonomian di NTB dan menyebabkan terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) missal. Menyebabkan anggota koperasi menarik uang mereka yang ada di koperasi, sementara anggota yang melakukan pinjaman tidak bisa membayar cicilan sesuai dengan yang ditentukan.
“Sejak Corona itu sudah tidak aktif. Kebanyakan orang yang menjadi anggota mereka kena PHK. Itu tidak bias bayar, itu terjadi sampai sekarang,” ujarnya kepada Ekbis NTB, Sabtu, 22 Februari 2025.
Dikatakan, sejak koperasinya mengalami pailit, belum ada sentuhan dari pemerintah untuk membantu pelaku koperasi mandiri ini bangkit kembali. Pun dengan arahan berupa sosialisasi belum pernah dilakukan. “Tidak ada sosialisasi, pas Covid sudah mati semua (koperasi),” katanya.
Selain karena Covid-19, munculnya metode simpan pinjam baru juga menjadi penyebab bangkrutnya KSP milik Dayuh. Disebutkan, hampir setiap kampung memiliki koperasi. Oleh karenanya, KSP miliknya tidak bisa sembarang masuk menawarkan simpan pinjam kepada warga.
Apalagi, di era yang serba digital ini, masyarakat semakin dimudahkan dengan pinjaman online, sehingga KSP mandiri mulai banyak ditinggalkan.
“Tidak bisa kita sembarang masuk perkampungan. Itu sudah makanya karena bertahun-tahun orang tidak bayar angsuran karena itu jadinya pendapatan macet dan penarikan besar-besaran dari orang punya tabungan,” jelasnya.
Ia membeberkan, sampai saat ini, KSP miliknya masih memiliki tanggungan ke beberapa anggotanya. Oleh sebab itu, ia berharap adanya jalan keluar, baik dari pemerintah kota ataupun pemerintah provinsi untuk membantu koperasi-koperasi yang mati suri ini untuk bangkit kembali. “Kalau kita tentu butuh diperhatikan (pemerintah, red). Apalagi sejak pailit ini suami nganggur. Kita juga baru merintis tempat makan. Apalagi modal kita pinjam,” ucapnya.
Hal yang sama dialami oleh Amrul Amni, pemilik KSP Benteng Mandiri. Meski KSP nya masih beroperasi, ia mengatakan nasabah mulai berkurang sejak munculnya pinjaman online yang mudah diakses oleh masyarakat. Bahkan, katanya yang mulanya ia hanya melakukan pembayaran uang, kini mulai menerima pembayaran barang dari nasabah.
“Sekarang semua harus diterima. Mereka pinjam uang, diganti barang. Pernah saya dibayar pakai speaker,” katanya melalui sambungan telepon.
Meski baru menekuni usaha koperasi sejak lima tahun lalu, namun dirasakan perbedaan yang signifikan dari tahun ke tahun. Yang mana peminat simpan pinjam miliknya semakin menurun. Begitupun dengan pekerja yang bekerja di KSP nya, kini bersisa tinggal beberapa saja. “Dulu lumayan banyak, sekarang sudah pada keluar,” ucapnya.
Untuk mengembangkan KSP nya, Amrul Amni berharap adanya pelatihan-pelatihan strategis dari pemerintah yang bisa menarik minat masyarakat untuk kembali bergabung dengan koperasi. Dengan demikian, ia menilai kesejahteraan masyarakat, khususnya di lingkup koperasi bisa bangkit kembali. “Ya semoga ada dari pemerintah. Kita berharapnya begitu,” pungkasnya. (era/ham)