Mataram (Suara NTB) – Memasuki bulan suci Ramadan 1446 H/ 2025 M, Tim Kalibrasi Rukyatul Hilal Kantor Wilayah Kementerian Agama bersama BMKG, UIN Mataram dan pihak terkait lainnya melakukan pemantauan hilal di Pantai Loang Baloq Kota Mataram, Jumat, 28 Februari 2025. Pemantauan hilal dilakukan untuk memberikan informasi untuk kegiatan sidang isbat Kementerian Agama (Kemenag).
Kepala BMKG Kelas I Mataram, Sumawan mengatakan hasil pengamatan hilal di Mataram tidak membuahkan hasil. Hal itu dipengaruhi awan mendung tipis sejak matahari tenggelam pukul 18.45 Wita.
“Ada gangguan sedikit hasil rekamannya dari pengamatan BMKG. Hasilnya hilal tidak terlihat ya,” ujar Sumawan kepada wartawan sesuai pengamatan hilal, Jumat petang, 28 Februari 2025.
Sejak pukul 17.00 Wita, posisi matahari sempat dihalangi gumpalan awal yang tebal. Namun sekitar pukul 18.25 Wita sempat mengalami kondisi cerah. “Cerah sedikit. Tapi dari rekaman kita azimut itu awan tipis yang menghalanginya,” ujarnya.
“Tadi sudah kita jelaskan bahwa waktu 18 menit setelah matahari tenggelam itu relatif susah mendapatkan data lebih akurat untuk melihat hilal karena tertutup awan tipis,” lanjut Sumawan.
Ia mengatakan dari data pengamatan BMKG, ketinggian elongasi relatif rendah hanya mencapai 4,22 derajat. Sehingga diputuskan, hilal dari pantai ini tidak terlihat.
“Ketinggian hilal di sini pukul 18.36 Wita itu terpantau 3.734 derajat dengan ketinggian elongasi 4,22 derajat,” kata Sumawan.
Berdasarkan hasil ini, BMKG Mataram akan menyerahkan data hasil pemantauan ke BMKG Jakarta sebagai pertimbangan keputusan pada sidang isbat yang dilakukan Jumat malam.
Sementara itu Kabid Bimas Islam Kemenag NTB H. Azharuddin mengatakan, ada dua cara dalam menentukan 1 Ramadan, pertama dari hitungan kemudian pengelihatan hilal. Untuk sementara, tim masih belum mencapai kriteria MABIMS. Artinya posisi bulan sudah masuk kriteria MABIMS 3 derajat di bawah ufuk, hanya saja elongasinya 5 derajat.
MABIMS sendiri adalah kesepakatan Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) pada tahun 2022. Dimana, kriteria hilal berubah menjadi ketinggian hilal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.
“Itu yang tidak memenuhi kriteria MABIMS, meski demikian kalau ada yang melihat (hilal di tempat yang lain-red) kita berpuasa. Kan kita ada potensi juga tidak bisa melihat karena posisi gunung Agung,” ujarnya.
Sebelumnya, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat telah mengimbau kepada seluruh tim rukyatul hilal se Indonesia untuk mengadakan pemantauan terhadap hilal tanggal 28 Februari 2025.
Azharuddin mengatakan, pemantauan rukyatul hilal untuk tahun 2025 masih dilaksanakan di Taman Pantai Loang Baloq. Tapi nantinya kalau sudah selesai pembangunan Pusat Observasi Bulan (POB) yang berlokasi di Kabupaten Lombok Utara, Kemenag akan mengadakan observasi di tempat tersebut.
“Mudah – mudahan pembangunan POB kita ini lancar dan sekarang dalam tahap perencanaan dan berada 300 meter dari permukaan air laut “ ujarnya.
BMKG sendiri menyiarkan pemantauan hilal secara langsung melalui kanal resminya. Masyarakat bisa menyaksikan perkembangan observasi hilal dan mengikuti pengumuman resmi terkait awal Ramadan 1446 Hijriah.(ris)