spot_img
Sabtu, Maret 15, 2025
spot_img
BerandaHEADLINEDi Bawah Target Pemerintah, NTB Alami Deflasi 0,01 Persen di Februari 2025

Di Bawah Target Pemerintah, NTB Alami Deflasi 0,01 Persen di Februari 2025

Mataram (Suara NTB) – Perkembangan harga berbagai komoditas pada Februari 2025 secara umum menunjukkan adanya kenaikan. Berdasarkan hasil pemantauan di tiga kabupaten/kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Provinsi NTB, pada Februari 2025 terjadi deflasi y-on-y sebesar 0,01 persen, atau terjadi penurunan IHK dari 105,82 pada Februari 2024 menjadi 105,81 pada Februari 2025.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB Wahyudin mengatakan, deflasi y-on-y terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh penurunan indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,64 persen serta kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 12,66 persen.

Komoditas yang dominan memberikan andil atau sumbangan deflasi y-on-y pada Februari 2025,antara lain tarif listrik, beras, tomat, daging ayam ras, angkutan udara, shampo, udang basah, telepon seluler, dan puluhan komoditas lainnya.

“Sedangkan komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasiy-on-y pada Februari 2025, antara lain emas perhiasan, cabai rawit, akademi/perguruan tinggi, sigaret kretek mesin (SKM), cumi-cumi, minyak goreng, terong, kopi bubuk, sewa rumah, dan lainnya,” kata Wahyudin saat menyampaikan berita statistik di kantornya, Senin, 3 Maret 2025.

Sementara komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan deflasi m-to-m pada Februari 2025, antara lain tarif listrik, tomat, daging ayam ras, cabai rawit, bawang merah, udang basah, kacang panjang, dan komoditas lainnya. Sedangkan komoditas yang dominan memberikan andil inflasi m-to-m pada Februari 2025, antara lain emas perhiasan, cumi-cumi, ikan kembung/ikan gembung, mobil, ikan layang, angkutan udara, minyak goreng, bensin dan lainnya.

“Tingkat deflasi m-to-m sebesar 0,6 persen dan tingkat deflasi y-to-d sebesar 1,15 persen,” kata Wahyudin.

Menurutnya, kondisi inflasi daerah harus terkendali. Artinya jangan naik terlampau tinggi, tidak juga turun terlalu rendah. Sebab inflasi yang tinggi membuat daya beli masyarakat menjadi turun. Sementara inflasi yang terlalu rendah akan berdampak pada menurunnya gairah masyarakat dalam berproduksi.

“Jika inflasi terlalu rendah, masyarakat memang bisa beli karena harga murah, namun orang yang berproduksi enggak mau lagi, ongkos produksi mahal,” katanya.

Target inflasi yang diberikan oleh pemerintah tahun 2025 sebesar 2,5 plus minus 1 persen, sama dengan tahun 2024 lalu. Artinya inflasi yang terkendali berada di angka 1,5 persen terendah dan 3,50 persen tertinggi. Inilah yang disebut inflasi yang terkendali. Dengan demikian, angka deflasi 0,01 Persen di Februari 2025 berada di bawah target pemerintah.

“TPID baik provinsi dan kabupaten/kota harus menjaga itu,” sarannya.(ris)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -


VIDEO