spot_img
Rabu, Maret 5, 2025
spot_img
BerandaEKONOMIDinas Perdagangan NTB Buka Opsi Pembatasan Beli Cabai

Dinas Perdagangan NTB Buka Opsi Pembatasan Beli Cabai

Mataram (Suara NTB) – Dinas Perdagangan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) membuka opsi pembatasan pembelian cabai yang dijual di pasar murah untuk mengantisipasi kelangkaan dan menjaga kestabilan harga cabai.

“Kami batasi pembelian agar jangan sampai pengepul yang membeli. Kami ingin masyarakat yang beli,” kata Kepala Dinas Perdagangan NTB Baiq Nelly Yuniarti saat ditemui usai menghadiri rapat pengendalian inflasi daerah di Kantor Gubernur NTB, Mataram, Selasa.

Nelly mengatakan opsi pembatasan pembelian cabai mirip kebijakan beli minyak goreng yang hanya maksimal dua liter dan beli beras hanya dua kemasan.

Menurut dia, batas maksimal membeli cabai hanya seperempat atau setengah kilogram. Jumlah itu terbilang banyak untuk konsumsi rumah tangga.

“Harga cabai mahal saat ini memecah rekor. Selama lima tahun terakhir ini yang tertinggi,” kata Nelly.

Dinas Perdagangan NTB melaporkan sebanyak lima ton cabai rawit merah dari Pulau Jawa sudah masuk ke Nusa Tenggara Barat. Setiap pedagang dijatah hanya mendapatkan 14 kilogram dari pasokan cabai rawit Jawa.

Impor cabai dari luar daerah tersebut dilakukan oleh pengusaha lokal melalui skema business to business untuk meredam gejolak harga cabai rawit merah lokal.

Pada 3 Maret 2025, Dinas Perdagangan NTB melakukan pemantauan harga barang kebutuhan pokok di beberapa pasar tradisional di Kota Mataram, di antaranya Pasar Kebon Roek, Pasar Pagesangan, dan Pasar Mandalika.

Harga cabai rawit lokal yang jual para pedagang di Pasar Kebon Roek bervariasi antara Rp180 ribu sampai Rp190 ribu per kilogram. Bahkan, ada pedagang yang mematok harga cabai rawit lokal Rp210 ribu per kilogram.

Sedangkan, cabai rawit impor yang didatangkan dari Jawa hanya dijual seharga Rp165 ribu per kilogram.

Harga cabai merah besar dan cabai merah keriting cenderung lebih murah ketimbang cabai rawit yang berada pada kisaran Rp85 ribu per kilogram.

“Kondisi cabai mahal bukan hanya di Nusa Tenggara Barat, banyak provinsi lain mengalami. Daerah-daerah yang kini surplus cabai justru rebutan menariknya,” kata Nelly. (ant)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -








VIDEO