Mataram (Suara NTB) – Perayaan Hari Raya Nyepi dan Hari Raya Idul Fitri diprediksi akan bersamaan. Masyarakat diharapkan tetap menjaga dan merawat semangat toleransi.
Asisten Tata Praja dan Kesejahteraan Rakyat Setda Kota Mataram, H. Lalu Martawang menerangkan, Pemerintah Kota Mataram telah membangun skenario apabila perayaan Hari Raya Nyepi dan Hari Raya Idul Fitri akan bersamaan. Diantaranya, pengaturan rangkaian kegiatan ibadah tersebut, agar tidak mengganggu kekhusyukan. Pengaturan ini sebagai upaya menjaga dan merawat semangat toleransi antar umat beragama. “Penguatan nilai toleransi sudah jadi konsen pertama Kota Mataram dengan memahami dan mentoleransi atas keyakinan,” terangnya.
Rangkaian perayaan Hari Raya Nyepi bagi Umat Hindu di Kota Mataram, akan dimulai tanggal 28 Maret. Umat Hindu akan menggelar pawai ogoh-ogoh. Secara kebetulan pawai ogoh-ogoh bertepatan dengan hari Jumat dan umat muslim juga menyelenggarakan Salat Jumat.
Martawang mengatakan, peserta pawai ogoh-ogoh dipersilakan memulai mobilisasi ogoh-ogoh pukul 09.00 WITA. Artinya, ketika jam 11.30 Wita hingga pelaksanaan Salat Jumat telah diminta untuk tidak ada pemukulan gendang,penggunaan pengeras suara dan lain sebagainya. “Kita sudah sampaikan itu di pemuda Umat Hindu dan itu telah disanggupi,” katanya.
Pasca parade ogoh-ogoh berakhir kata Martawang, akan dilanjutkan dengan perang api di Lingkungan Negarasakah, Lingkungan Cakranegara Timur. Ia juga meminta perang api bisa selesai pukul 18.00 WITA, sehingga umat muslim bisa melaksanakan ibadah Ramadan di 10 hari terakhir.
Mantan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Setda Kota Mataram mengaku, sempat khawatir apabila perayaan Idul Fitri ditetapkan tanggal 30 Maret 2025. Pasalnya, Umat Hindu masih melaksanakan Tapa Brahta Penyepian. Pelaksanaan nyepi harus berjalan khusyuk. Di satu sisi, setiap malam Idul Fitri akan dilaksanakan pawai takbiran. “Pada wilayah yang banyak bermukim Umat Hindu diminta lurah dan camat mengajukan usulan perubahan lokasi pawai takbiran,” terangnya.
Khusus Kecamatan Cakranegara ujar Martawang, telah menskenariokan untuk memindahkan pawai takbiran di Kelurahan Sayang-sayang. “Tetapi kalau ternyata Idul Fitri ditetapkan pada 31 Maret 2025, maka tidak akan mengganggu karena Tapa Brahta Penyepian telah selesai di tanggal 30 Maret,” jelasnya.
Martawang mengharapkan perberdaan ini mencerminkan heterogenitas masyarakat di Kota Mataram, sehingga toleransi harus tetap dijaga dan dirawat bersama-sama. (cem)