spot_img
Jumat, Maret 14, 2025
spot_img
BerandaHEADLINEPabrik Garam Terbesar di Indonesia

Pabrik Garam Terbesar di Indonesia

GUBERNUR NTB, Dr. Lalu Muhamad Iqbal akan meresmikan pabrik garam terbesar di NTB yang berlokasi di Desa Pandai, Kecamatan Woha, Kabupaten Bima. Peresmian rencananya dilakukan setelah Hari Raya Idul Fitri, bersama dengan pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Demikian diungkapkan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB, Muslim, ST., MT di Mataram, Rabu, 12 Maret 2025. Muslim mengatakan pabrik ini menjadi yang terbesar di NTB. Dengan investasi hampir Rp11 miliar, pabrik garam Bima masuk jajaran pabrik garam terbesar di Indonesia.

“Total investasi hampir 11 miliar. Insyaa Allah, salah satu terbesar,” katanya.

Sementara itu, terkait dengan operasional. Pabrik yang sudah rampung di akhir tahun 2024 lalu sudah mulai beroperasi sejak awal tahun 2025. Namun, belum bisa bersaing secara bisnis karena mengalami kendala di bagian modal.

Untuk mengembangkan industri ini, Pemprov NTB akan mengadakan rapat koordinasi bersama Gubernur NTB dan Bupati Bima terpilih. Rapat bertujuan membahas pengelolaan pabrik garam agar lebih optimal, termasuk dengan bagaimana mitigasi koperasi ketika bisnis ini mengalami kegagalan.

Kendala utama, kata Muslim terletak pada keterbatasan modal dan kekurangan peralatan yang dimiliki oleh koperasi pengelola. Sementara, kebutuhan pokok seperti bahan baku, Bima menjadi daerah penghasil garam terbesar di NTB. Yang mana Kabupaten Bima menyumbang sekitar 80 persen dari total produksi garam di NTB.

“Bukan bahan bakunya kurang, jadi ada peralatan juga yang mereka support, salah satu pertimbangannya. Ya keterbatasan modal juga lah koperasi ini,” lanjutnya.

Kendati memiliki kendala, pabrik ini bisa menghasilkan 24 ton garam konsumsi per harinya. Yang mana satu kali produksi memakan waktu delapan jam, dan menghasilkan delapan ton. Sementara, produksi garam di NTB mencapai lebih dari 160 ribu ton per tahun.

“Kapasitas pabrik bisa dalam satu kali proses sampai 24 ton, kan dia per delapan jam satu kali proses,” katanya.

Pabrik ini, lanjut Muslim fokus melakukan diversifikasi produk. Garam dari kategori K2 dan K3 akan diolah menjadi garam halus siap konsumsi serta garam industri untuk kebutuhan spa dan kesehatan.

Terkait rencana pemasaran, salah satu opsi yang sedang dipertimbangkan adalah mewajibkan Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk membeli garam produksi lokal. Kebijakan ini, sambung Muslim sempat diterapkan pada pabrik garam yang berlokasi di Sekotong, Lombok Barat.

“Itu mungkin opsi ke depan (ASN wajib beli garam daerah, red). Tergantung bagaimana komunikasi pimpinan,” pungkasnya. (era)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -


VIDEO