Mataram (Suara NTB) – Impor Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mengalami penurunan tajam pada Februari 2025. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) NTB yang dirilis Senin, 17 Maret 2025, nilai impor NTB tercatat sebesar US$ 13,82 juta, turun 63,73 persen dibandingkan Januari 2025 yang mencapai US$ 38,12 juta.
Sementara itu, ekspor NTB justru mengalami lonjakan signifikan. Pada Februari 2025, nilai ekspor mencapai US$ 7,28 juta, meningkat 87,17 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, jika dibandingkan dengan Februari 2024, ekspor NTB justru mengalami penurunan drastis hingga 96,84 persen.
Kepala BPS NTB, Wahyudin, mengungkapkan bahwa Amerika Serikat menjadi tujuan ekspor terbesar NTB pada Februari 2025 dengan kontribusi 53,31 persen dari total ekspor. Hong Kong menyusul di posisi kedua dengan 18,72 persen, diikuti oleh Vietnam sebesar 9,96 persen.
“Amerika Serikat tetap menjadi mitra dagang utama NTB, terutama untuk komoditas unggulan seperti ikan, udang, dan perhiasan,” ujar Wahyudin.
Komoditas ekspor terbesar NTB pada Februari 2025 adalah ikan dan udang senilai US$ 2,81 juta atau 38,59 persen dari total ekspor. Disusul oleh perhiasan dan permata sebesar US$ 1,84 juta (25,24 persen) serta daging dan ikan olahan senilai US$ 1,52 juta (20,89 persen). Sektor pertanian juga berkontribusi dengan ekspor buah-buahan mencapai US$ 662.655 (9,10 persen).
Di sisi impor, Jepang menjadi negara asal impor terbesar NTB pada Februari 2025 dengan kontribusi 46,71 persen, disusul oleh Australia (33,01 persen), Amerika Serikat (8,00 persen), Tiongkok (4,89 persen), dan India (3,98 persen).
Komoditas impor utama NTB adalah mesin dan pesawat mekanik, yang mencakup 45,37 persen dari total impor. Disusul oleh karet dan produk karet (45,12 persen), serta produk keramik (2,35 persen) dan berbagai produk kimia (2,02 persen).
Wahyudin menekankan pentingnya strategi perdagangan yang lebih seimbang untuk menjaga stabilitas ekonomi daerah. “Ke depan, kita perlu mengoptimalkan potensi ekspor dan memperbaiki struktur impor agar perekonomian NTB tumbuh lebih berkelanjutan,” ujarnya. (bul)