Selong (Suara NTB)-Sunrise Land Lombok (SLL) mencatat penurunan jumlah pengunjung selama libur Lebaran tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan data pengelola, total kunjungan pada H+6 Lebaran mencapai 15.500 wisatawan, dengan rata-rata 2.500 orang per hari. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang mencapai 5.000 pengunjung per hari.
Qori Bayyinaturrosy, perwakilan pengelola SLL, mengungkapkan bahwa penurunan ini kemungkinan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi masyarakat yang belum pulih sepenuhnya. “Banyak wisatawan yang memilih menahan diri untuk tidak berlibur sementara waktu,” ujarnya, menjawab Suara NTB, Minggu, 7 April 2025.
Meski demikian, Sunrise Land Lombok tetap menawarkan pengalaman wisata yang menyenangkan dengan suasana pantai yang bersih dan aman, serta berbagai wahana permainan anak seperti istana balon, trampolin, dan odong-odong. Tiket masuknya juga relatif terjangkau, yakni Rp5.000 untuk kendaraan roda dua dan Rp10.000 untuk mobil.
Agar jumlah kunjungan kembali meningkat, pengelola menyadari pentingnya penambahan dan perbaikan fasilitas. Beberapa hal yang dinilai perlu diperhatikan antara lain:
“Kami berharap dengan perbaikan infrastruktur dan penambahan fasilitas, Sunrise Land Lombok bisa kembali ramai seperti sebelumnya,” tambah Qori.
Meski mengalami penurunan, SLL tetap menjadi destinasi favorit bagi keluarga yang ingin menikmati liburan dengan budget terjangkau. Pengunjung dapat menikmati pemandangan pantai yang indah sambil bermain di berbagai wahana yang disediakan.
Ke depannya, pengelola berkomitmen untuk terus berinovasi agar destinasi ini semakin diminati, sekaligus mendukung pemulihan sektor pariwisata Lombok pasca pandemi.
Pengelola SLL ini menyewa lahan wisata tersebut Rp 55 juta pertahun. Harapannya, kalau tidak bisa diberikan pengelolaan secara gratis dengan mekanisme bagi hasil, minimal bisa diberi izin pengelolaan jangka panjang.
Pasalnya, sistem penyewaan pertahun seperti sekarang membuat pengelola tidak bisa berkreasi mengembangkan objek wisata yang pernah digadang akan menjadi Ancol Mini tersebut. ‘Supaya pengelola Sunrise Land Lombok bisa lebih maksimal dan berani melakukan investasi pembangunan fasilitas dan pengembangan, maka harus dirubah pola pengelolaan dengan batas waktu yang lebih panjang,” harapnya. (rus)