Giri Menang (suarantb.com) – Dinas Pertanian Lombok Barat (Distan Lobar) mengembangkan budi daya bibit tembakau varietas unggulan lokal yang telah dimiliki hak paten oleh daerah setempat. Selain tembakau, Distan juga mengembangkan bibit kakao dan unggas untuk dijual. Langkah ini salah satu inovasi dalam menghasilkan PAD dari sektor pertanian.
Kadistan Lobar, Hj. Damayanti Widyaningrum mengatakan, PAD di Distan Lobar dinaikkan sekitar 42 persen, dari target sebelumnya Rp510 juta menjadi Rp726 juta juta. Pihaknya pun menyanggupi itu dan meneken kontrak kinerja dengan Bupati.
“Kami mencari cara bagaimana menghasilkan PAD. Dan kami ada UPT pembibitan, kami kembagkann bibit tembakau, kakao, dan unggas juga,” imbuhnya.
Capaian PAD Distan Lobar sudah 43 persen, ia pun optimis bisa mencapai target karena masih ada waktu hingga akhir tahun.
“Kami memperbanyak (budi daya) tembakau, karena permintaan tembakau ini sangat banyak terutama ke NTT, terutama tembakau Susur,” kata dia.
Animo Petani Tinggi
Selain permintaan dari luar daerah tinggi, animo petani di daerah untuk menanam tembakau juga meningkat. Apalagi tembakau Varietas unggulan lokal yang dikembangkan memiliki kelebihan, dari sisi produktivitas tinggi bisa mencapai 2 ton per hektare. “Harganya juga bagus, makanya banyak sekali meminta bibit ini sehingga kami menangkap ini peluang PAD,” ujar dia.

Lebih lanjut, pengembangan dilakukan UPT pembibitan di Narmada. Lahan yang dipergunakan untuk pembibitan ada di daerah Narmada dan Gerung. Menurutnya dari pembibitan ini lumayan bisa mendongkrak PAD. “Dari tembakau ini tahap awal karena kami mulai pertengahan tahun, hanya 50 juta dulu,” sebutnya.
Dari hasil pembibitan yang dikembangkan itu pun sudah laku sekitar 668.000 bibit untuk lahan seluas 50 hektare. “Dibeli oleh petani kita, ada juga dari luar,”imbuhnya.
Selain bibit tembakau, Distan Lobar juga mengembangkan bibit kakao seluas sekitar 40 ribu bibit sebagai upaya juga dalam menghasilkan PAD. Bibit kakao ini sendiri sudah ada permintaan. Bahkan pihaknya kewalahan memenuhi permintaan dari Dompu.
Namun pihaknya ingin menggunakan bibit unggul dan bersertifikat kerjasama dengan Puslitkoka. Akibat bibit ini habis, permintaan itu pun bisa dipenuhi untuk tahun depan. “Kami akan mulai pembibitan bulan September,” imbuhnya. (her)

