Giri Menang (Suara NTB) – Museum Kembulan Budi, Dusun Kebun Nuiuh, Desa Golong, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat (Lobar) mengikuti lomba Museum Tingkat Provinsi tahun 2025. Sabtu (29/11/2025), tim penilai dari Museum Provinsi NTB turun melakukan penilaian ke Museum Kembulan Budi yang satu-satunya mewakili Lobar yang memiliki museum desa.
Di museum ini menyimpan ratusan pusaka dan benda bersejarah. Rombongan Tim penilai dari Museum Provinsi NTB, dipimpin Bunyamin,S,s,M.Hum., selaku Pamong Budaya Ahli Madya bersama Heru Indriawan Sudibyo dan beberapa anggota tim lainnya. Rombongan penilai diterima dengan Ketua Yayasan Museum Kembulan Budi, Drs. Sanusi, didampingi para pengurus museum.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut Sekretaris Desa Golong, Ahmad Syukri, S.Adm.,yang memberikan dukungan penuh atas upaya pelestarian budaya yang dilakukan oleh pihak yayasan.
Museum Kembulan Budi dikenal sebagai salah satu museum berbasis komunitas yang memiliki koleksi cukup kaya. Tercatat ratusan jenis pusaka dan benda bersejarah tersimpan di museum ini.
Pusaka dan benda bersejarah tersimpan di museum ini antara lain, alat media dan elektronik era tahun 1980-an, peralatan pertanian tradisional yang pernah digunakan masyarakat terdahulu, peralatan dapur kuno, serta berbagai artefak lainnya yang merekam kehidupan budaya masa lalu. Koleksi-koleksi tersebut menjadi daya tarik utama Museum sekaligus menjadi nilai penting dalam penilaian lomba museum tingkat provinsi tahun ini.
Dengan keberagaman koleksi dan komitmen pengelola dalam merawat warisan budaya, Museum Kembulan Budi diharapkan mampu memberikan kontribusi positif dalam upaya pelestarian sejarah lokal di NTB.
Sekdes Golong Ahmad Syukri menerangkan, kegiatan penilaian berlangsung lancar dan penuh antusiasme dari seluruh pihak yang terlibat. Hasil penilaian resmi akan diumumkan oleh pihak Museum Provinsi NTB pada waktu yang telah ditentukan.
“Semangat masyarakat Desa Golong dalam menjaga dan merawat situs budaya menjadi bukti bahwa pelestarian sejarah merupakan bagian penting dari identitas daerah,”katanya.
Ketua Yayasan Museum Kembulan Budi Drs. Sanusi, mendedikasikan diri membangun Museum Pusaka Desa di Narmada. Sanusi bercerita tentang sejarah pembentukan museum desa tersebut yang berangkat dari rasa prihatin terhadap barang-barang peninggalan orang tuanya.
Pada 2018, pensiunan guru ini mulai mengumpulkan satu per satu benda tempo dulu terutama perabotan dan perkakas untuk disimpan serta dirawat agar kelak bisa menjadi sarana edukasi bagi orang-orang yang haus sejarah serta budaya tempo dulu. Sejumlah koleganya dari berbagai daerah memberikan benda secara gratis sebagai bentuk dukungan terhadap mimpinya yang ingin merawat ingatan kolektif manusia tentang kehidupan masyarakat desa.
Museum desa ini merekam berbagai bukti sejarah kehidupan agraris yang dilakukan secara tradisional oleh masyarakat desa di masa lalu, sekaligus mencerminkan identitas dan karakter penduduk desa yang dapat memperkuat rasa bangga terhadap akar budaya dan sejarah lokal. Sanusi memberikan layanan kepada setiap pengunjung yang ingin melakukan perjalanan ke masa lalu. Bukan secara fisik, tapi melalui pengalaman edukatif dan imersif. (her/*)

