Giri Menang (suarantb.com) – Sebanyak 1.600 jiwa penduduk Lombok Barat (Lobar) terindikasi positif penyakit TBC atau Tuberculosis. Jumlah temuan ini masih kurang dari target. Sehingga masyarakat pun harus memiliki kesadaran untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan agar penanganannya cepat dan maksimal.
Pasalnya, TBC ini berimplikasi juga pada penanganan kasus lain seperti stunting. Hampir 20 persen anak stunting di Lobar terindikasi mengalami TBC.
Wakil Bupati (Wabup) Lobar Hj. Nurul Adha menerangkan tantangan yang berat sekarang ini adalah bagaimana mengajak masyarakat hidup sehat dan menjaga lingkungan tetap bersih. Pihak Pemkab Lobar pun berupaya membangun kolaborasi dalam penanganan penyakit TBC untuk penanganan TBC.
“Kenapa ada desa Siaga TBC? Karena saya selama mendampingi tata laksana stunting oleh dokter spesialis anak itu, banyak kita temukan anak-anak TBC, jadi tidak murni stunting itu karena kurang nutrisi, tapi karena ada penyakit penyerta TBC,” ungkapnya akhir pekan kemarin.
Untuk itu dalam penanganan jika ada anak mengalami TBC, dilakukan skrining lingkungan. Bisa dipastikan ada orang tua suspect TBC. Dari mana penularan TBC ini harus diskrining 20 orang di sekitarnya.
Karena itulah pihaknya dalam mengatasi stunting ini dan menjaga kesehatan masyarakat, salah satunya dengan launching Desa Siaga TBC. Supaya stunting ini juga pelan-pelan bisa diselesaikan. Sebab dari TBC ini banyak hal pemicunya, bisa dari rumah tidak sehat. Melalui Desa Siaga TBC pihaknya mendorong desa mengajak masyarakat hidup bersih dan sehat.
OPD pun telah diminta harus menyelesaikan dari berbagai aspek, seperti Dinas Perumahan dan Permukiman harus kerja sama untuk penanganan rumah tak layak huni.
Target Penemuan Kasus TBC
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Lobar Hj. Erni Suryana menerangkan bahwa dari target penemuan kasus dengan memeriksa 15 ribu masyarakat selama tahun 2025. Pihaknya sendiri telah memeriksa 14 ribu masyarakat.
“Dari 14 ribu jiwa yang diperiksa itu, temuan kita 1.600 jiwa positif TBC. Dan itu sebenarnya masih kurang, sekitar 58 persen dari target 100 persen harusnya (kita capai), kita baru bisa menemukan 58 persen,” kata Erni akhir pekan kemarin.
Temuan kasus TBC ini belum sesuai target, artinya masih banyak masyarakat yang diduga terinfeksi tapi belum terdeteksi. 15 Ribu yang diperiksa ini, kata dia, merupakan kelompok berisiko dengan melakukan tracking contact sekitarnya.
Penanganan TBC ini pun mendapatkan perhatian serius dari pimpinan daerah, sehingga menjadikan prioritas penanganan ke depan. Terlebih kasus TBC ini menyumbang kasus kematian tinggi di tengah masyarakat. (her)

