Mataram (Suara NTB) – Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Mataram terus berupaya mencari solusi untuk mengurai kemacetan yang kian mengkhawatirkan di sejumlah titik. Sejumlah ruas jalan yang kerap mengalami kepadatan telah dipetakan, mulai dari Jalan Dakota di Kelurahan Rembiga, Jalan Gajah Mada dari kawasan Jempong hingga Pagesangan, kawasan Sekarbela, Jalan Adi Sucipto tepatnya di Pasar Kebon Roek, hingga Jalan Pejanggik di pusat kota.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Mataram, Zulkarwin, mengatakan langkah antisipasi jangka pendek yang saat ini dilakukan adalah memaksimalkan keberadaan petugas pengendalian operasional (Dalops) di lapangan. Para petugas tersebut diperbantukan oleh pihak kepolisian untuk menjaga kelancaran arus lalu lintas pada jam-jam sibuk.
“Untuk sementara kami mengantisipasi kemacetan dengan mengarahkan petugas di lapangan bersama kepolisian, khususnya pada waktu pagi dan sore hari ketika mobilitas masyarakat sangat tinggi,” jelasnya, Selasa, 2 Desember 2025.
ATCS untuk Mengatur Arus Kendaraan
Selain menerjunkan petugas, Dishub Mataram juga mengoptimalkan teknologi Area Traffic Control System (ATCS) yang memonitor dan mengatur durasi lampu lalu lintas dari pusat kendali. Pengaturan siklus lampu merah ini menjadi salah satu cara mengurai antrean kendaraan pada titik-titik dengan tingkat kepadatan tinggi.
Dishub juga telah melakukan survei bersama bidang lalu lintas untuk merumuskan rekayasa arus kendaraan yang akan diterapkan ke depan. Rekayasa tersebut dianggap penting terutama menjelang rampungnya pembangunan Kantor Wali Kota Mataram yang berlokasi di Jalan Gajah Mada. Jika sudah rampung, diprediksi akan menambah beban lalu lintas di kawasan tersebut.
Dorong Transportasi Publik Hindari Kemacetan di Mataram
Zulkarwin menambahkan, salah satu langkah strategis yang tengah diuji coba adalah pengoperasian bus gratis untuk masyarakat dan pelajar. Program ini diharapkan mampu mengurangi ketergantungan masyarakat pada penggunaan kendaraan pribadi yang menjadi salah satu penyebab utama kemacetan di Mataram.
“Kalau kita lihat, penyebab kemacetan itu banyak. Mulai dari bahu jalan yang digunakan untuk berjualan, parkir sembarangan, hingga tingginya penggunaan kendaraan pribadi. Hal-hal seperti ini terus kami identifikasi dan nantinya akan dikomunikasikan dengan pemilik kewenangan jalan, termasuk Dishub Provinsi,” terangnya.
Terkait kemacetan yang sempat terjadi di Bundaran Jalan Lingkar Selatan Jempong, Mataram tepatnya di kawasan Monumen Mataram Metro pada Senin (1/12/2025), Zulkarwin menjelaskan bahwa hujan menjadi faktor pemicu utama. Saat hujan, masyarakat lebih banyak menggunakan kendaraan roda empat, sehingga volume kendaraan meningkat dalam waktu bersamaan.
“Betul, di sana sering terjadi kemacetan. Tapi biasanya tidak berlangsung lama. Kalau hujan, mobilitas kendaraan roda empat meningkat, sehingga lalu lintas lebih padat,” ujarnya.
Dishub Mataram menegaskan akan terus melakukan evaluasi dan mematangkan solusi permanen untuk mengatasi kemacetan di Mataram. Apalagi mengingat aktivitas warga dan pertumbuhan kendaraan di Kota Mataram terus meningkat dari tahun ke tahun. (pan)

