Mataram (suarantb.com) – Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) NTB menyatakan temuan bayi hiu paus oleh para ilmuwan menjadi indikator kuat kondisi ekosistem laut yang masih terjaga dan memiliki tingkat kesuburan yang baik.
Kepala DKP NTB Muslim memandang temuan bayi hiu paus di Teluk Saleh, Pulau Sumbawa, memperkuat posisi kawasan perairan tersebut sebagai habitat penting bagi biota laut langka.
“Temuan ini bukan hal yang mengagetkan bagi kami, karena itu menandakan bahwa tingkat kesuburan perairan dan juga kondisi ekosistem perairan masih bagus,” ujarnya di Mataram, Rabu (17/12/2025).
Muslim mengatakan fenomena kemunculan bayi hiu paus menandakan bahwa Teluk Saleh berfungsi sebagai daerah pemijahan dan tempat mencari makan bagi hiu paus serta biota laut lainnya.
Ia menegaskan pengelolaan kawasan Teluk Saleh harus terus diperkuat melalui kolaborasi dengan berbagai pihak mulai dari masyarakat lokal, otoritas pemerintah, sektor swasta hingga lembaga swadaya masyarakat.
“Yayasan Konservasi Indonesia merupakan salah satu mitra kami di NTB yang memang secara fokus melakukan kegiatan konservasi dan upaya bagaimana pemanfaatan tata kelola hiu paus bisa berkelanjutan,” kata Muslim.
Lebih lanjut ia menyampaikan apresiasi atas komitmen masyarakat pesisir di wilayah Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Dompu yang telah sepakat mendorong penetapan kawasan konservasi hiu paus di Teluk Saleh.
Menurutnya, kesepakatan itu sebagai bentuk upaya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap upaya penting menjaga keberlangsungan spesies laut yang dilindungi.
Keterlibatan masyarakat lokal dalam kegiatan konservasi menjadi kunci utama menjaga kesuburan ekologi perairan, mencegah pencemaran, serta menghindari aktivitas yang berpotensi merusak habitat hiu paus.
Aktivitas perlindungan yang dilakukan langsung oleh masyarakat diharapkan mampu mencegah spesies ikan bernama latin Rhincodon typus tersebut bermigrasi ke perairan lain.
“Kami mengapresiasi kesadaran masyarakat dalam melindungi hiu paus. Spesies ikan terbesar di dunia tersebut bukan untuk satu atau 10 tahun ke depan, tapi kami ingin hiu paus tetap berada di Teluk Saleh sampai ratusan tahun mendatang,” pungkas Muslim.
Berdasarkan pemberitaan sebelumnya, para ilmuwan mengonfirmasi temuan neonatal atau bayi baru lahir hiu paus berukuran sekitar 135 sampai 145 sentimeter pada perairan Teluk Saleh yang berada di bagian utara Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
Hasil temuan itu diumumkan melalui jurnal Diversity dan menempatkan Teluk Saleh sebagai salah satu kandidat terkuat pengasuhan anakan hiu paus di dunia.
Catatan kemunculan bayi hiu paus berukuran di bawah 1,5 meter secara global baru tercatat sebanyak 33 kali selama lebih dari satu abad penelitian. Sebagian besar temuan adalah hasil observasi singkat, tanpa dokumentasi visual yang memadai, dan tidak terjadi secara berulang di satu lokasi.
Para Ilmuwan menyatakan situasi berbeda nampak di Teluk Saleh. Pada Agustus hingga September 2024, nelayan lokal melaporkan melihat sedikitnya lima kali kemunculan hiu paus kecil berukuran 1,2 hingga 1,5 meter di sekitar bagan.
Salah satu individu sempat terjaring tanpa sengaja sebelum dilepaskan kembali ke laut. Bayi hiu paus tersebut sempat berada di dalam kota styrofoam berisi air laut yang memungkinkan nelayan melakukan estimasi ukuran tubuh secara presisi menggunakan analisis visual berbasis objek pembanding.
Dengan dimensi kotak 120 x 42 x 32 sentimeter, ilmuwan memperkirakan panjang total bayi hiu paus yang ditemukan di perairan Teluk Saleh sekitar 135 hingga 145 sentimeter. (ant)

