Kota Bima (SUARA NTB) – Menjelang perayaan Natal 2025, Gereja Katolik Santo Yusuf Kota Bima, mulai mematangkan berbagai persiapan, baik secara iman maupun teknis. Persiapan tersebut tidak hanya berfokus pada perayaan liturgi, tetapi juga diarahkan untuk menjawab situasi sosial umat, khususnya tantangan yang dihadapi keluarga masa kini.
Pastor Paroki Gereja Katolik St Yusuf Bima, RD Agustinus Wayan Yulianto, menjelaskan bahwa rangkaian persiapan Natal diawali sejak Minggu Adven pertama hingga Minggu Adven keempat. Pada masa ini, umat diajak menyiapkan diri secara rohani melalui katekese iman yang dilaksanakan di Komunitas Basis Gerejani (KBG), yang dikenal sebagai “gereja kecil” dalam kehidupan umat Katolik.
“Di masa Adven ini, umat tidak hanya diajak berdoa, tetapi juga melakukan aksi nyata. Ada perhatian kepada sesama, ada kepedulian sosial, sehingga iman itu benar-benar dihidupi,” ujarnya pada Selasa (23/12/2025).
Selain persiapan iman di tingkat KBG, gereja juga melakukan berbagai persiapan fisik dan teknis. Di antaranya pembangunan taman Natal, pemasangan pohon Natal, dekorasi gereja, pemasangan terop dan kursi, hingga latihan koor serta petugas liturgi. Seluruh rangkaian ini dipersiapkan agar perayaan Natal dapat berlangsung khidmat, tertib, dan penuh makna.
Untuk Natal 2025, Gereja Katolik di Indonesia mengusung tema nasional dari Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), yakni “Allah Hadir untuk Menyelamatkan Keluarga” yang bersumber dari Injil Matius 1:21–24. Tema ini dipilih sebagai respons gereja terhadap berbagai persoalan keluarga yang kian kompleks.
“Gereja melihat bahwa keluarga perlu mendapat perhatian serius. Dari keluarga lahirlah masa depan gereja, masa depan bangsa, dan pribadi-pribadi yang peduli terhadap sesama,” kata Agustinus.
Ia menyoroti fenomena sosial yang belakangan sering terjadi, seperti kekerasan dalam rumah tangga, konflik berkepanjangan dalam keluarga, hingga anak-anak yang kurang mendapat perhatian. Melalui perayaan Natal, gereja ingin menegaskan bahwa kehadiran Allah membawa pemulihan dan harapan bagi keluarga.
Pesan Natal 2025 juga diarahkan agar umat semakin terlibat aktif dalam kehidupan menggereja dan bermasyarakat. Umat diharapkan mampu menjadikan keluarga sebagai “rumah kecil” yang berkenan kepada Tuhan, tempat iman bertumbuh dan nilai kepedulian ditanamkan.
Menariknya, perayaan Natal tahun ini juga menghadirkan nuansa budaya yang berbeda. Jika tahun sebelumnya kandang Natal mengangkat rumah adat Bima, tahun 2025 akan menampilkan rumah adat Jawa sebagai simbol keberagaman dan persatuan.
Di sisi lain, perayaan Natal di Bima juga menjadi cermin kuatnya toleransi antarumat beragama. Melalui Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), pengamanan perayaan Natal turut dibantu oleh pemuda lintas agama, seperti remaja masjid dan pemuda Hindu-Buddha. Sebaliknya, umat Katolik dan Kristen juga terlibat menjaga perayaan hari besar agama lain.
“Ini sudah berjalan lama dan menjadi bagian dari pendidikan toleransi bagi generasi muda. Kita saling menjaga, saling menghormati,” tutup Agustinus.
Dengan persiapan iman, sosial, budaya, dan toleransi yang matang, Natal 2025 di Gereja St Yusuf Bima diharapkan tidak hanya menjadi perayaan seremonial, tetapi juga menghadirkan damai yang nyata bagi keluarga dan masyarakat luas. (hir)

