spot_img
Sabtu, Desember 27, 2025
spot_img
BerandaNTBSUMBAWASumbawa Tanam 2.000 Bibit Mangrove di Pesisir Penyaring

Sumbawa Tanam 2.000 Bibit Mangrove di Pesisir Penyaring

Sumbawa Besar (Suara NTB) – Pemkab Sumbawa bersama Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) dan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) melakukan penanaman 2.000 bibit mangrove di pesisir Pantai Nanga Sira, Desa Penyaring, Kecamatan Moyo Utara, Selasa, 9 Desember 2025.

Penanaman mangrove merupakan bagian dari mitigasi bencana berbasis ekosistem untuk melindungi kawasan pesisir. Hal ini dilakukan untuk menekan ancaman abrasi, banjir, rob, dan dampak perubahan iklim yang semakin terasa dalam beberapa tahun terakhir.

“Beberapa tahun terakhir, kita semua menyaksikan bagaimana perubahan iklim, peningkatan abrasi, rob, dan kerusakan pesisir,” kata Staf Ahli Bidang Pemerintahan, Hukum dan Politik H. Agus Mustamin, Selasa, 9 Desember 2025.

Ia melanjutkan, mangrove ini merupakan pohon kecil dengan peran besar. Karena mangrove ini bisa meredam gelombang, penahan abrasi, menekan sedimentasi sekaligus penyimpan karbitan yang baik dan besar.

“Mangrove ini benteng alami yang mampu meredam gelombang, penahan abrasi, penyaring sedimen, sekaligus penyimpan karbon empat sampai lima kali lebih besar dibandingkan tanaman daratan,” ucapnya.

Penanaman mangrove ini merupakan investasi masa depan yang harus dijaga dan dirawat secara berkelanjutan. Pemerintah pun berkomitmen untuk terus mendorong program lingkungan berbasis edukasi, konservasi, dan pemberdayaan masyarakat.

“Kita tidak hanya menanam, tetapi juga merawatnya. Kami berharap kawasan mangrove Nanga Sira dapat menjadi laboratorium alam bagi generasi muda, ruang konservasi, pusat edukasi, dan potensi wisata berkelanjutan,” harapnya.

Ketua FPRB Kabupaten Sumbawa yang diwakili Wakil Ketua 1, Zainuddin, mengatakan kawasan pesisir merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap berbagai bencana.
“Kita tidak dapat menghadapi tantangan ini dengan pendekatan struktural semata. Kita membutuhkan langkah adaptif, berkelanjutan, dan melibatkan seluruh elemen masyarakat,” sebutnya.

Zain menegaskan kegiatan tersebut merupakan wujud nyata dari kolaborasi pentahelix yang melibatkan pemerintah daerah, masyarakat, relawan, dan lembaga kemanusiaan.
“Mangrove bukan hanya tanaman pesisir, mangrove adalah benteng alami kita. Akar menahan abrasi, batang meredam gelombang, dan ekosistemnya menjaga keanekaragaman hayati,” ujarnya.

Wakil Ketua MDMC PP Muhammadiyah, Indrayanto, menjelaskan bahwa kegiatan Aksi Mitigasi Vegetasi Berbasis Ekosistem merupakan bagian dari program ketangguhan desa yang dilaksanakan MDMC bersama Program Siap Siaga, hibah dari Pemerintah Australia. “Kegiatan ini merupakan kolaborasi multipihak dalam upaya pengurangan risiko bencana berbasis komunitas,” jelasnya.

Kegiatan mitigasi vegetasi lanjutnya, tidak berhenti pada penanaman, tetapi juga termasuk memastikan pertumbuhan bibit melalui metode pola asuh. Pola asuh akan dilakukan kelompok perempuan penjaga lingkungan dari lima desa paparan program Desa Sebewe, Barutahan, Songkar, dan Penyaring.

“Kami berharap kegiatan ini bisa meningkatkan kapasitas komunitas, dan membangun pelestarian alam untuk ketangguhan menghadapi dampak perubahan iklim di masa depan,” tegasnya. (ils)

IKLAN









RELATED ARTICLES
- Advertisment -




VIDEO