Catatan: Agus Talino
GUBERNUR NTB, Dr.H. Lalu Muhamad Iqbal berbisik kepada saya, ‘’bang, terima kasih bisa hadir. Saya ingin memberi lebih. Tetapi baru ini yang bisa saya berikan,’’ katanya.
Pak Iqbal menyampaikan hal tersebut, ketika memberi penghargaan dalam bentuk hadiah umrah kepada beberapa orang. Termasuk saya. Karena dinilai berjasa, dan berkontribusi pada NTB.
Penghargaan tersebut diserahkan secara simbolis pada acara ‘’NTB Bermunajat’’ yang digelar serangkaian HUT ke-67 NTB, di Halaman Kantor Gubernur NTB, Rabu (17/12/2025).
Ungkapan Pak Iqbal menggetarkan hati saya. Bukan karena saya mendapatkan hadiah umrah. Tetapi Pak Iqbal, sebagai pemimpin, dengan keluasan, dan kerendahan hatinya memberi perhatian pada orang-orang –yang mungkin orang lain — tidak melihat dan menganggapnya penting. Orang-orang yang menurut istilah Pak Iqbal bekerja dalam sunyi. Bekerja di belakang untuk NTB. Misalnya, tukang kebun, sopir, dan pembuat kopi di Kantor Gubernur.
“Bisikan” Pak Iqbal kepada saya. Mungkin Pak Iqbal memaknai perjalanan saya sebagai wartawan di NTB lebih dari 30 tahun layak diapresiasi. Karena peran membangun NTB bukan saja peran gubernur. Tetapi peran banyak pihak. Termasuk wartawan.
Saya sendiri. Tidak tahu sebelumnya akan mendapatkan hadiah umrah. Saya ditelepon Kadis Kominfotik NTB, Pak Yusron. Waktunya cukup singkat. Lebih kurang 30 menit sebelum acara penyerahan. Saya buru-buru berangkat ke lokasi acara. Alhamdulillah. Saya tiba di tempat acara beberapa saat sebelum penyerahan penghargaan. Tetapi Pak Iqbal sudah berada di atas panggung dan menyampaikan pidato.
Saya tidak mendengar utuh pidatonya. Tetapi pada potongan pidatonya, Pak Iqbal menyampaikan terima kasih pada masyarakat NTB. Pada orang-orang yang berjasa, dan berkontribusi pada NTB.
Sebelum pemberian penghargaan. Saya sempat bertemu dengan Pak Iqbal. Saya datang bersilaturahmi ke Pendopo bersama Nurdin Ranggabarani dan Suhardi Soud. Pada pertemuan itu, Pak Iqbal tidak menyinggung. Apalagi bercerita tentang pemberian penghargaan kepada saya. Mungkin ingin memberi “kejutan”. Sehingga tidak ada pembicaraan tentang pemberian penghargaan. Bahkan kami tidak banyak berdiskusi tentang HUT NTB ke 67. Padahal jarak pertemuan saya dengan Pak Iqbal dan acara tasyakuran HUT NTB tidak terlalu jauh.
Penghargaan yang saya terima. Maknanya sangat dalam, dan berarti bagi saya. Yang pertama, karena penghargaan ini saya terima menjelang hari kelahiran saya, 19 Desember. Yang kedua. Penghargaan ini saya terima menjelang saya pensiun di Suara NTB. Hanya berjarak beberapa hari. Saya pensiun di Suara NTB, pada hari ini, 24 Desember 2025.
Tulisan ini adalah tulisan terakhir saya di Suara NTB. Tulisan yang ada hubungannya dengan saya dan Suara NTB. Alasan pemberian penghargaan kepada saya karena pengabdian saya sebagai wartawan di NTB lebih dari 30 tahun. Dan sejak memulai sebagai wartawan di NTB. Saya menjadi wartawan di Kelompok Media Bali Post –Suara NTB dan Radio Global FM Lombok– hingga pensiun.
Sepanjang lebih 30 tahun sebagai wartawan di Kelompok Media Bali Post di NTB. Saya berjumpa, dan berinteraksi dengan beberapa gubernur. Terakhir saya berjumpa, dan berinteraksi dengan Pak Iqbal sebagai Gubernur NTB.
Pada masa kepemimpinan Pak Iqbal. Kepemimpinannya belum satu tahun. Dinamika politik di NTB relatif tinggi. Tiga anggota DPRD NTB ditetapkan sebagai tersangka, dan ditahan Kejati NTB.
Saya tidak ingin membahas kasus tersebut pada tulisan ini. Tetapi saya ingin menyampaikan, Pak Iqbal perlu melakukan perenungan yang mendalam, dan melakukan evaluasi total terhadap perjalanan kepemimpinannya yang belum setahun. Pertimbangannya, masyarakat meletakkan harapan yang sangat tinggi kepada Pak Iqbal sebagai gubernur. Banyak janji politik Pak Iqbal yang harus ditunaikan.
Pada beberapa tulisan saya sebelumnya. Saya selalu memberi “tekanan” pada tim, pembantu dan lingkaran. Pak Iqbal sekarang punya kesempatan untuk membangun, dan membentuk tim dan mesin birokrasi yang membantunya bekerja. Membantunya mewujudkan cita-cita besarnya. NTB Makmur Mendunia.
Momentum pelaksanaan SOTK baru awal tahun depan. Saya berharap Pak Iqbal benar-benar bisa memilih tim birokrasinya yang hebat. Tim yang bersedia mengabdikan dirinya untuk membangun NTB seperti cita-cita Pak Iqbal. Tim yang bisa bekerja seperti “tagline” HUT NTB ke 67. “Gerak Cepat NTB Hebat”.
Kepemimpinan Pak Iqbal masih panjang. Masih lebih empat tahun. Masih punya banyak kesempatan untuk berkarya. Masih punya banyak waktu untuk mencetak sejarah.
Pak Iqbal tidak mungkin bisa bekerja sendiri. Pak Iqbal harus punya Sekda yang hebat. Sekda yang bisa menjadi konduktor pada sebuah orkestra besar. Mengenal dengan baik teman-temannya di birokrasi. Mengenal juga “medan” di luar birokrasi. Termasuk sebagai Ketua TAPD. Punya Kadis yang bisa bekerja. Punya mesin birokrasi yang tidak suka “ngadat”. Mesin birokrasi yang orientasinya karya. Semuanya tergantung Pak Iqbal. Sebagai pemimpin, Pak Iqbal pasti tidak mau mengambil risiko dengan memilih tim yang membantunya tanpa pertimbangan yang benar-benar matang, dan cermat. Semoga.*

