Mataram (Suara NTB) – Kebutuhan terhadap Sekolah Luar Biasa (SLB) baru di Provinsi NTB masih cukup tinggi. SLB yang ada saat ini masih belum cukup memenuhi kebutuhan, tidak sebanding dengan luas wilayah Provinsi NTB. Oleh karena itu, ditargetkan SLB baru akan segera dibangun dalam waktu relatif dekat.
Hal itu disampaikan Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Khusus Dinas Dikbud NTB, Dr. Hj. Eva Sofia Sari, S.Pd., M.Pd., pada Jumat, 13 September 2024.
Menurutnya, pendidikan anak berkebutuhan khusus (ABK) belum terakomodasi, karena jarak wilayah yang cukup luas di sejumlah daerah. Pihaknya berencana akan membangun dua Unit Sekolah Baru (USB), yaitu SLBN 3 Sumbawa dan SLBN 2 Dompu.
“SLBN 3 Sumbawa letaknya di Kecamatan Lopok, jauh dari Sumbawa Besar, SLB swasta juga tidak ada di sana. Sementara SLBN 2 Dompu letaknya di Kecamatan Manggelewa dan juga jauh dari wilayah Kota Dompu,” ungkap Eva.
Meski demikian, pihaknya belum bisa menargetkan kedua USB itu bisa dibuka pada tahun 2025. “Karena terkendala sinkronisasi Data Pokok Pendidikan (Dapodik), sehingga kami tetap upayakan (dibuka) pada tahun berikutnya,” ujar Eva.
Pihaknya berharap, dengan adanya SLB baru, hak ABK untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas, menyenangkan, dan bermakna dapat terpenuhi sesuai hak mereka. Kehadiran SLB baru juga sebagai upaya bahwa semua ABK di NTB tidak boleh ada yang tidak bersekolah. “Sebagai bentuk kepedulian atas kesetaraan dan diskriminasi terhadap ABK atau anak yang mengalami hambatan fungsional,” ujar Eva.
Sebelumnya, Eva menyampaikan, jumlah SLB di NTB relatif masih kurang dibandingkan jumlah anak berkebutuhan khusus. Salah satu indikatornya, rasio guru dan siswa masih belum ideal, karena jumlah siswa yang relatif banyak sedangkan jumlah guru Pendidikan Luar Biasa (PLB) masih sedikit.
Salah satu yang menjadi kendala dan tantangan setiap tahunnya, yaitu jumlah anak berkebutuhan khusus yang mendaftar di SLB melebihi daya tampung dalam satu SLB. Persoalan itu diakui Eva masih menjadi pekerjaan rumah pihaknya. Namun, pihaknya sudah berupaya dengan adanya penambahan unit sekolah baru.
Di samping itu, kekurangan guru pendidikan Luar biasa (PLB) dinilai cukup meresahkan. Eva sudah berupaya menjajaki perguruan tinggi untuk membuka Prodi PLB. Namun banyak perguruan tinggi di NTB yang mengaku belum siap membuka Prodi PLB.
Eva mengatakan, hampir semua SLB di NTB kekurangan guru PLB. Perguruan tinggi di NTB belum ada yang membuka Prodi PLB, hal itu mengakibatkan lulusan SMA yang ingin melanjutkan studi ke Prodi PLB terpaksa harus berkuliah ke perguruan tinggi di luar NTB seperti Malang, Yogyakarta, dan Makassar. (ron)