spot_img
Minggu, Maret 16, 2025
spot_img
BerandaNTBKOTA MATARAMAkhir Tahun 2024, Kasus Stunting Ditargetkan Capai 5 Persen

Akhir Tahun 2024, Kasus Stunting Ditargetkan Capai 5 Persen

Mataram (Suara NTB) – Pemerintah Kota Mataram terus berupaya menekan munculnya kasus baru stunting. Pencegahan dimulai sejak pernikahan sampai kehamilan. Jumlah kasus anak bertubuh pendek ditargetkan mencapai 5 persen sampai akhir 2024.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram, dr. H. Emirald Isfihan menjelaskan, jumlah kasus stunting sangat tergantung dari sisi kepatuhan masyarakat yang aktif datang ke posyandu. Rumus pendataan stunting tergantung dari jumlah persentasi kunjungan bayi yang sehat datang ke posyandu. Misalnya, semua bayi stunting datang tetapi yang tidak stunting malas ke posyandu maka akan tinggi kasusnya.

Saat ini, angka absolut anak berbadan pendek di Kota Mataram mencapai 1.900 atau 7,9 persen. Pihaknya akan melakukan pemetaan lagi sehingga diakhir tahun 2024, ditargetkan mencapai 5 persen. “Kita targetkan di akhir tahun mencapai 5 persen,” sebutnya Emirald.

Penanganan stunting membutuhkan waktu yang agak panjang. Jika dilakukan penanganan intensif satu anak membutuhkan waktu tiga bulan khusus untuk anak yang berusia enam bulan sampai 5 tahun. Kondisinya adalah penanganan stunting tidak serta merta mendapatkan tinggi yang ideal sesuai usia.

Pihaknya berupaya mencegah munculnya kasus baru, karena jika ada kasus baru maka akan terjadi peningkatan kasus. Penanganannya adalah ibu-ibu yang akan hamil dan perempuan yang akan menikah dilakukan pemeriksaan dengan baik. “Selama kehamilan ada 6 kali pemeriksaan difasilitas kesehatan. Posisinya sekarang kita mencegah jangan sampai kasus baru. Kasus lama tinggi badan tidak bisa 100 persen tercapai dalam jangka waktu setahun terjadi tinggi badan signifikan tetapi usianya akan mengikuti sehingga rumusnya tetap tercapai,” ujarnya.

Intervensi dilakukan melalui pemberian makanan tambahan berbahan lokal, edukasi kepada masyarakat menggunakan protein dan lain sebagainya. Namun demikian, pihaknya memiliki inovasi agar balita stunting memiliki orang tua asuh untuk membantu mengintervensi satu anak. Kebutuhan balita stunting hanya Rp1,5 juta-Rp 2 juta selama tiga bulan. Terobosan lainnya adalah memberikan suplemen kepada balita dan salah satu perusahaan bersedia memberikan suplemen. Orang tua asuh ini, bukan orang perorang melainkan bisa dari organisasi profesi atau lain sebagainya. “Misalnya, kita dapat bantuan dari Baznas dan Ikatan Notaris Indonesia (INI) Kota Mataram. Jadi peluangnya lebih besar dari organisasi profesi menjadi orangtua asuh,” demikian katanya. (cem)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -


VIDEO