spot_img
Rabu, Desember 11, 2024
spot_img
BerandaNTBKOTA MATARAMPermasalahan PMKS di Mataram Belum Tuntas

Permasalahan PMKS di Mataram Belum Tuntas

Mataram (Suara NTB) – Permasalahan penyandang masalah kesejahteraan sosial di Kota Mataram, belum tuntas. Anak jalan, gepeng, dan pengemis masih ditemukan beraktifitas di jalan. Kinerja satgas sosial perlu dievaluasi.

Kepala Dinas Sosial Kota Mataram, Drs. Lalu Syamsul Adnan dikonfirmasi akhir pekan kemarin menerangkan, satgas sosial tetap bekerja menangani permasalahan penyandang masalah kesejahteraan sosial di Kota Mataram. Satgas sosial memiliki jadwal patroli dengan pola tiga shift mulai pagi, siang dan malam. Kawasan pemantauan adalah jalur protokol kecuali ada laporan dari warga terhadap PMKS yang harus ditangani. “Kalau ada laporan kita lakukan swipping menggunakan mobil patroli,” terangnya.

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial seperti anak jalanan, gepeng, dan pengemis masih ditemukan di setiap persimpangan jalan di Kota Mataram. Selama ini kata Syamsul, pihaknya memberikan imbauan karena sebagian besar PMKS berasal dari luar Kota Mataram, sehingga diberikan edukasi untuk tidak kembali lagi untuk minta-minta. Artinya, mereka diminta mencari kerja yang lebih layak. “Jadi butuh partisipasi semua pihak, karena kami di Disos sistem penjangkauan khusus warga Kota Mataram,” terangnya.

Apabila PMKS yang berasal Kota Mataram langsung diberikan pendampingan ke keluarga mereka. Salah satunya mengecek apakah terdaftar sebagai penerima bantuan sosial atau tidak. Jika belum menerima bantuan sosial maka akan dimasukan dalam data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS).

Mantan Kepala Organisasi dan Tata Laksana Setda Kota Mataram menambahkan, tidak ada masalah dari sisi sumber daya manusia. Pasalnya, SDM yang dimiliki sudah mumpuni untuk melakukan pembinaan terhadap PMKS, termasuk Satgas Sosial dibekali pengetahuan untuk menangani secara humanis. “Salah satunya penanganan ODGJ bekerjasama dengan Rumah Sakit Jiwa dan Dikes untuk memberikan pelatihan cara menangani ODGJ yang baik, supaya jangan asal tarik,” jelasnya.

Efek jera sebenarnya kata Syamsul, tergantung dari PMKS mau berubah atau tidak, karena pondasi awalnya adalah pembinaan keluarga. Misalnya, jika ditemukan anak jalanan berjualan di pinggir jalan maka dicari orang tuanya untuk diedukasi agar anaknya tidak dibebankan mencari uang tambahan, karena tugas anak belajar dan bermain.

Berbeda dengan PMKS dewasa akan dicari keluarganya agar tidak memberikan izin orang tua mereka berjualan di pinggir jalan, karena memiliki resiko besar. “Karena kebiasaan masih dia muda sehingga mau bekerja saja,” demikian kata dia. (cem)

IKLAN

spot_img
RELATED ARTICLES
- Advertisment -



VIDEO