spot_img
Jumat, November 22, 2024
spot_img
BerandaEKONOMIKetegangan Global Mempengaruhi Pasar Vanili di Luar Negeri

Ketegangan Global Mempengaruhi Pasar Vanili di Luar Negeri

Mataram (Suara NTB) – Ketegangan yang terjadi dibeberapa belahan dunia mempengaruhi daya beli pasar global terhadap komoditas pertanian perkebunan, vanili. Apalagi jika ketegangan antara Iran – Israel maluas dengan didukung negara-negara sekutu.

H. Muhir, pemilik UD. Rempah Organik Lombok, sekaligus eksportir vanili organik Lombok menkhawatirkan hal itu. Menurutnya, dalam setahun terakhir setelah meledaknya perang Rusia dan Ukraina, mengakibatkan tekanan terhadap daya beli pasar global.

Vanili organik Lombok selama ini diekspor ke Amerika Serikat, karena perang yang terjadi, daya beli buyer di AS dan negara-negara eropa terhadap vanili juga menurun. “Kita sangat khawatir, sangat mengkhawatirkan kalau perang Iran-Israel makin meluas. Ekspor ke Amerika dan negara-negara eropa akan sangat berpengaruh. Besar sekali pengaruhnya,” kata Muhir, Selasa 16 April 2024.

Menurunnya daya beli terhadap vanili dalam satu tahun terakhir ini terjadi dihampir semua negara importir vanili. Begitu juga di Indonesia. Akibatnya, sejumlah daerah penghasil vanili di dalam negeri juga ikut terpengaruh. Bahkan, menurut Muhir, vanili organik Lombok bisa jadi-satu-satunya yang masih eksis. Di daerah lainnya, seperti Sulawesi, Bali, Jawa, tidak ada penyelamatan terhadap pengembangan vanili.

“Hanya kita satu-satu di Indonesia yang masih bisa bergerak. Permintan luar negeri tetap ada, dan barangnya tetap ada,” jelas Muhir. Bulan April ini rencananya akan dikirim 600 Kg vanili organik kering, ke buyer di Amerika Serikat. Menyusul dua bulan berikutnya dijadwalkan ekspor sebanyak 3 ton, dan selanjutnya 4 ton. Pada tahun 2023 lalu, total sebanyak 7 ton diekspor ke Amerika Serikat.

Muhir menambahkan, vanili organik Lombok diberi keistimewaan oleh buyer. Hal itu karena kualitasnya. Sehingga, di saat terjadi saling serang di beberapa negara di dunia, permintaannya tidak terpengaruh sejauh ini. “Hanya saja, daya belinya yang menurun. Sehingga, kita melakukan penyesuaian harga vanili di luar negeri. Penyesuiannya sebesar 20 persen. Kita tidak mempertahankan harga, agar permintaannya tetap kontinyu,” imbuhnya.

Karena, selain Indonesia, khususnya Lombok, beberapa negara penghasil vanili juga menjadi pesaing di pasar global. Diantaranya, Tanzania, Uganda, Madagaskar. Disisi lain, ditegah perang dan ketegangan ekonomi dunia, harga vanili dari awal disepakati. Untuk mengantisipasi terjadinya pluktuasi nilai tukar dolar AS terhadap rupiah.

“Standar yang kita sepakati, per Dolar AS senilai Rp15.400. Jadi kalau jual beli acuannya nilai rupiahnya segitu. Tinggal dikalikan dengan harga vanilinya. Ini mengantisipasi kalau-kalau terjadi perang meluas dan dampaknya terhadap penukaran,” jelas Muhir. Ia sangat berharap ketegangan beberapa negara di dunia tidak meluas. Sehingga ekonomi global bisa kondusif. (bul)

IKLAN

spot_img
RELATED ARTICLES
- Advertisment -



VIDEO