Dompu (Suara NTB) –Kabupaten Dompu berhasil menurunkan kasus stunting hingga 22,1 persen berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023. Saat ini, kasus stunting di Kabupaten Dompu menyisakan 12,4 persen. Penanganan stunting pun akan difokuskan pada upaya pencegahan tanpa mengabaikan upaya penanganan.Kepala bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu, Annike Kusumawati, S.SiT., M.Kes pada Jumat 26 April 2024, mengungkapkan hasil SKI tahun 2023 sudah dirilis. Dimana Kabupaten Dompu saat ini tinggal 12,4 persen. Posisi justru jauh di bawah hasil survei status gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 ada 34 persen. “Hasil SKI tahun 2023 ada penurunan sampai 22.1 persen dibandingkan hasil SSGI tahun 2022 sebesar 34 persen,” katanya.
SKI dijadikan ukuran dalam menentukan kasus stunting menjadi kesepakatan dalam mengukur kesehatan masyarakat. Karena sebelumnya, pemerintah mengukur status gizi masyarakat menggunakan SSGI dan hasilnya jauh dari kondisi sebenarnya. Karena berdasarkan data elektronik pencatatan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM) berdasarkan data pengukuran timbangan balita di posyandu tahun 2022 sebanyak 10,89 persen. Dengan hasil ini, kata Annike, Kabupaten Dompu sudah mencapai target secara nasional tahun 2024 kasus stuntingnya menyisakan 14 persen. Namun Kabupaten Dompu ditargetkan hingga nol kasus. Upaya penanganan stunting di Kabupaten Dompu dipusatkan pada upaya pencegahan tanpa mengabaikan upaya penanganan dengan melibatkan seluruh unsur terkait.
Yang diintervensi mulai dari masa remaja hingga 1.000 Hari Pertama Kelahiran (HPK). Upaya – upaya yang dilakukan diantaranya kegiatan aksi bergizi dan cegah stunting di SMP dan SMA. Melakukan kegiatan go to school kerjasama dengan tim penggerak PKK, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA), dan Dinas Kesehatan. Kegiatan kelas stunting di desa lokasi kasus. Pana’a ndiha dengan pangan lokal kerjasama dengan DWP, PP-PAUD dan Dinas Kesehatan. Selain itu, ada keles ibu hamil berisiko. Visiting spesialis kandungan, dan spesialis anak ke Puskeamas. Kegiatan Ibu Asuh kerja sama dengan TP PKK. Intervensi stunting pada balita stunting oleh seluruh OPD dan CSR. Pemberian paket gizi tinggi protein pada balita stunting, bubur seperti kacang hijau, susu UHT untuk anak diatas 1 tahun, olahan ikan n telur kerjasama dengan TP PKK, GOW, DWP dan Dinas Kesehatan.
Begitu juga dengan kegiatan pemberian paket gizi tinggi protein pada ibu hamil berisiko kekurangan anemia seperti kacang hijau, susu bumil, olahan ikan dan telur kerjasama dengan TP PKK, GOW, DWP dan Dikes. Pelatihan dan peningkatan kapasitas kader posyandu. Melakukan pelayanan Kesehatan bergerak difokuskan pada remaja dan 1.000 HPK. Selain pemberian pil tambah darah juga diberikan multi micro nutrient pada remaja, calon pengantin, ibu hamil dan ibu menyusui. (ula)