Giri Menang (Suara NTB) – Lombok Barat (Lobar) menjadi daerah merah dengan potensi bencana tinggi. Namun itu tidak dibarengi dengan komitmen Pemkab dalam penanganan dari sisi alokasi bantuan. Itu dibuktikan dengan minimnya stok bantuan beras yang tersedia hanya 5 ton. Sementara potensi bencana begitu besar pada akhir tahun hingga awal tahun ini.
Sekdis Ketahanan Pangan Lobar, H Khalid, yang dikonfirmasi media mengatakan bahwa bantuan pangan beras untuk penanganan bencana yang tersedia sebanyak 5 ton. “Pengadaan pada perubahan (APBD Perubahan) tahun 5 ton,” katanya.
Jumlah ini, menurutnya, tidak akan cukup, menyusul bencana masih berpotensi melanda daerah Lobar. Â Seharusnya yang ideal bantuan beras yang disiapkan 10 ton untuk mengantisipasi bencana di Lobar, sehingga Pemda tidak perlu pusing-pusing mencari back up di tempat lain, seperti bantuan beras 5 ton yang diserahkan ke nelayan terdampak banjir rob wilayah Gerung belum lama ini, diberikan oleh Pemprov NTB.
Namun yang diberikan anggaran penanganan dampak bencana kekeringan ke Dinas Ketahanan Pangan sekadar saja. Pada APBD perubahan diberikan anggaran beberapa puluh juta saja untuk pengadaan beras sekitar 5 ton. Dengan beras 5 ton ini, hanya sebagian saja yang kemungkinan bisa disasar. Sementara fakta di lapangan kekeringan makin meluas. “Kekeringan ini menyeluruh,” imbuhnya.
Menurutnya kalau ditanya cukup atau tidak? Tidak mencukupi karena luas wilayah Lobar 10 kecamatan, kalau semuanya meminta bantuan tentu pihaknya akan kewalahan. Karena ditambah lagi tidak ada biaya droping, sebab anggaran yang diberikan murni untuk bantuan saja.
Belum lagi, lanjutnya, potensi bencana pada akhir tahun ini. Khalid tak menampik, jika Dinas Ketahanan Pangan dianaktirikan dalam pengalokasian bantuan. Padahal menurutnya dinas ini sangat vital dalam penanganan bantuan bencana yang tiap tahun melanda daerah ini. (her)