Giri Menang (Suara NTB) – Pemdes Taman Ayu akan mengikuti lomba desa inklusi tingkat nasional yang diadakan Unesa dan Kementerian Desa dan PDTT. Pihak Pemdes sedang mempersiapkan berbagai hal yang diperlukan dalam mengikuti lomba tersebut. Dalam lomba ini, pihak desa melibatkan penyandang disabilitas, perempuan, anak dan Lansia serta semua kalangan terkait lainnya.
Kades Taman Ayu M. Tajudin S.Sos, mengatakan, Pemdes ikut lomba desa inklusi ini sebagai salah satu upaya untuk evaluasi sejauh mana penerapan desa induksi yang dilakukan pihaknya sejak 2021 lalu. Sejauh mana kinerja dari forum, kader asuh, keterlibatan masyarakat, disabilitas, perempuan, Lansia dalam pembangunan di Desa. “Jadi kami mau ikut lomba desa Inklusi ini lebih ke arah sana (evaluasi), selain memang untuk memotivasi semua pihak yang terlibat,”katanya.
Desa inklusi ini sesungguhnya bukan kompetisi, namun murni pemberdayaan. Sehingga apa yang disiapkan mengikuti lomba ini sudah dilakukan secara rutinitas di forum dan Pemdes serta kalangan NGO. Sehingga apapun hasil lomba ini, tak berdampak terhadap warga binaan namun tetap melakukan kegiatan-kegiatan. “Kecuali ini jadi bahan evaluasi, mudahan nanti dari kegiatan ini kami dapat masukan kritikan untuk lebih memajukan dan menyemangati teman-teman sebagai gambaran kedepan,”ujarnya.
Pihaknya sendiri sudah menentukan arah kebijakan untuk pemberdayaan difabel, yakni kemandirian ekonomi disabilitas. Untuk kemandirian ekonomi disabilitas ini sudah dirancang dan sedang running sehingga diharapkan kemandirian ekonomi dan ketahanan ekonomi terwujud. Beberapa yang telah diterapkan, seperti pengembangan kebun kesetaraan, kebun anggur, tambak. Ada juga kegiatan lain seperti sekolah setara, healing, kunjungan rumah, pelatihan kader asuh, upacara melibatkan disabilitas.
“Ini disuport lebih banyak jejaringan dan tidak banyak dari APBDes,”ujarnya. Dari berbagai kegiatan ini, banyak didukung NGO. Kemudian dari dukungan APBDes, sedangkan dari Pemkab hampir tidak ada. Selain yang lain-lain diakui masih menjadi PR perlu dibenahi, karena terjadinya perkembangan. Di samping dari sisi kemandirian ekonomi, pihaknya juga menyentuh dari sisi pendidikan yakni melalui sekolah setara dan memfasilitasi disabilitas sekolah di SLB. Dimana sebagai bentuk komitmen Pemdes menggratiskan anak difabel yang sekolah di SLB maupun sekolah lainnya.
Dari sektor kesehatan pun warga diberikan pelayanan terhadap disabilitas. Pelayanan kesehatan berkolaborasi dengan pihak BUMD PLTU Jeranjang memprioritaskan kaum difabel. Termasuk pada pelayanan penyaluran BLT DD, mendahulukan penyandang disabilitas. Dalam semua aspek ini kata Tajuddin, Pemdes melibatkan disabilitas dan perempuan, anak dan lansia. Sehingga inilah pemberdayaan berbasis desa inklusi itu.
Menurutnya, desa inklusi itu bukan sekadar jargon, namun bagaimana menyetarakan mereka dengan warga lainnya. Dan inklusi itu tidak saja disabilitas, namun ada perempuan, lansia dan anak serta lainnya. ‘’Jadi semua kategori tadi itu kita masukkan dalam satu kebijakan penganggaran, dan itu bentuknya dari hasil asesmen agar tepat sasaran dan produktif,’’sambungnya. (her)