spot_img
Kamis, November 14, 2024
spot_img
BerandaNTBSUMBAWA BARATKSB Siap Laksanakan Survei Status Gizi Indonesia 2024

KSB Siap Laksanakan Survei Status Gizi Indonesia 2024

Taliwang (Suara NTB) – Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat pada bulan November ini akan menggelar Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2024. Survei untuk mendapatkan gambaran status gizi balita itu akan dijalankan oleh PT Sucofindo.

“Lembaga pelaksananya sudah kita tunjuk Sucofindo. Dan mereka sedang bersiap melaksanakan survei,” kata kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) KSB, Agus Purnawan.

Menurut Agus, SSGI ini merupakan kegiatan yang sangat penting untuk memantau perkembangan status gizi masyarakat. Terutama status gizi anak balita yang mana salah satu implikasinya terhadap stunting. “Dari hasil SSGI kita bisa lihat kemudian apakah keakuratan data kita atas hasil intevensi stunting sudah sesuai atau tidak,” ujarnya.

Berdasarkan data Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM) per Agustus 2024 angka stunting pada anak KSB sebesar 7,37 persen atau 880 anak dalam angka deginitif. Menurut Agus, harapannya dari hasil SSGI nanti rentang (gap) angka capaiannya tidak terlalu jauh dari EPPGBM tersebut. Dengan begitu menandakan pencatatan dan upaya intervensi pemerintah terhadap kondisi stunting terhadap anak telah tepat.

“Kita kan sudah pengang angka 7,37 berdasarkan EPPGBM. Nah semakin kecil gap-nya artinya data kita makin valid. Dan kalau bicara target, harapan kita di 1 atau 2 persen sajalah karena tahun lalu di angka 2,9 persen,” ungkap Agus.

Disampaikannya, pada tahun 2023 lalu KSB menjadi daerah dengan angka stunting terendah dan gap EPPGBM paling kecil dengan hasil SGSGI. “Mudah-mudahan tahun ini seperti itu lagi,” harapnya.

Sementara itu ditanya mengenai upaya penurunan stunting tahun ini. Agus mengakui, trendnya terjadi perlambatan dari tahun-tahun sebelumnnya. Di mana hingga Agustus 2024 ini angka penurunannya hanya berkisar 0,6 persen dari 7,64 persen menjadi 7,37 persen. “Tapi mungkin itu angka kerak sehingga perlu intevensi lebih maksimal untuk penanganannya,” imbuhnya. (bug)

IKLAN

spot_img
RELATED ARTICLES
- Advertisment -


VIDEO