DI tengah gempuran teknologi digital dan popularitas buku elektronik (eBook), buku fisik tetap memiliki tempat istimewa bagi sebagian besar pembaca. Buku fisik juga memberikan pengalaman membaca yang lebih fokus, nyaman, dan minim gangguan.
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Bagian Perpustakaan Universitas Islam Al-Azhar (Unizar), Zul Hadi Fatawi, S.IP. Menurutnya, buku fisik tidak akan tergantikan oleh eBook. Ia menjelaskan, membaca eBook sering kali membutuhkan perangkat elektronik yang rentan terhadap distraksi seperti notifikasi media sosial. Selain itu, membaca buku fisik membantu menjaga kesehatan mata, karena tidak ada paparan radiasi dari layar.
Lebih lanjut, Zul Hadi menyoroti bagaimana buku fisik mendorong pembaca untuk berdiskusi dengan diri sendiri. “Saat membaca buku fisik, kita cenderung lebih mendalami isi bacaan. Jika ada hal yang tidak kita setujui, kita akan berhenti pada halaman itu dan berdiskusi dengan diri sendiri. Hal seperti ini jarang terjadi dengan eBook,” tambahnya.
Perpustakaan Unizar saat ini menghadapi tantangan dalam menjaga minat mahasiswa terhadap buku fisik, terutama dengan terbatasnya ruang penyimpanan. Zul Hadi mengungkapkan bahwa rencana digitalisasi buku sudah mulai dilakukan untuk mengatasi keterbatasan ruang. Namun, buku fisik tetap dipertahankan, terutama untuk karya umum seperti cerpen, novel, atau buku opini yang diminati mahasiswa.
“Mahasiswa Unizar masih lebih senang membaca buku fisik di perpustakaan dibandingkan eBook. Oleh karena itu, kami terus berusaha menyediakan buku-buku terbaru, setidaknya yang diterbitkan dalam lima tahun terakhir. Namun, jumlah rak yang terbatas menjadi kendala utama kami,” jelasnya.
Zul Hadi juga menjelaskan bahwa program peningkatan minat baca menjadi fokus utama perpustakaan. “Kami berusaha menyediakan fasilitas yang nyaman bagi mahasiswa untuk membaca. Meski akses eBook lebih mudah, buku fisik tetap kami upayakan hadir sebagai pilihan,” tambahnya.
Menurut Zul Hadi, meskipun eBook menawarkan fleksibilitas karena dapat diakses dari mana saja, kenyamanan belajar jangka panjang lebih dirasakan dengan buku fisik. “Untuk referensi akademik, buku fisik tetap menjadi acuan utama, meski mahasiswa cenderung memadukannya dengan sumber elektronik. Kami juga bekerja sama dengan dosen untuk memastikan referensi buku manual tetap relevan,” paparnya.
Sebagai bagian dari pelestarian buku, perpustakaan Unizar juga merancang program alih media, yakni mengubah buku fisik menjadi bentuk elektronik tanpa menghilangkan versi cetaknya. “Secanggih apa pun teknologi nanti, buku fisik tetap tidak akan tergantikan. Nilai historis, kenyamanan, dan pengalaman membaca yang mendalam menjadi keunggulan yang sulit ditandingi eBook,” tegasnya.
Zul Hadi berharap perpustakaan dapat terus menjadi tempat yang mendukung budaya literasi, baik melalui koleksi buku fisik maupun digital. Ia optimis bahwa dengan pengelolaan yang baik, minat mahasiswa terhadap buku fisik akan tetap terjaga.
“Buku fisik memiliki keunggulan yang tak lekang oleh waktu. Perpustakaan Unizar akan terus berkomitmen menghadirkan koleksi yang relevan dan fasilitas terbaik untuk mendukung proses belajar-mengajar,” tutupnya. (ron)