spot_img
Jumat, Februari 14, 2025
spot_img
BerandaNTBLOMBOK UTARADBD Serang Wisatawan Asing di Gili, Pemda Diminta Bersikap

DBD Serang Wisatawan Asing di Gili, Pemda Diminta Bersikap

Tanjung (Suara NTB)- Wisatawan asing maupun warga yang ada di 3 Gili, Kecamatan Pemenang, mulai mengkhawatirkan ancaman penyakit demam berdarah dan dengue (DBD). Wisatawan bahkan memanfaatkan media sosial Facebook untuk menarik atensi Pemda agar ancaman penyakit akibat nyamuk Aedes aegypti itu segera ditangani.
Salah satu pemilik akun Herbert Peter Gilli, memposting kekhawatiran penyakit DBD di Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) itu.

“Hallo! I have been to the Gilli’s many times. WARNING!
Dengue! Many Tourist in hospital, like me!,” tulisnya.
Kekhawatiran itu cukup beralasan. Pasalnya, dari informasi yang dihimpun koran ini, sejumlah wisatawan asing telah dirujuk ke salah satu rumah sakit di Kota Mataram. Dari 11 Februari hingga 15 Maret 2024 lalu, tercatat 9 kasus DBD telah menyerang wisatawan asing. Antara lain, Kostiantyn Buian (Ukraina) dengan diagnosa DHF (Dengue Haemoragic Fever) dan ISPA, Davide Sodano (Italia/Gili Trawangan) dengan diagnosa DHF, Amelle Thiriet (Prancis/Gili Air) – diagnosa Dengue Fever. Selain ketiga wisatawan itu, 6 orang wisatawan asing lain yang terjangkit DBD adalah wisman berasal dari Denmark, Barcelona, Swis, dan 3 orang dari Inggris yang dirujuk ke RS terkenal di Mataram dalam waktu yang berbeda.

Selain warga asing, korban DBD juga menjangkiti warga lokal. Diakui mantan Kepala Desa Gili Indah yang notabene Caleg Terpilih dari Partai Perindo, H. M. Taufik, membenarkan. Ia, salah seorang warga Gili Air, bernama Agung, yang tidak lain adalah suami dari keponakan M. Taufik, harus dirujuk ke RS Risa Mataram untuk mendapat perawatan.
“Kemarin ada 1 orang juga masuk ke rumah sakit Risa, Agung namanya, suami dari ponakan saya di Gili Air. Dan tadi sepertinya ada juga yg dibawa ke pinggir dengan demam tinggi,” tegas Taufik.

Terhadap situasi tersebut, ia mendesak supaya Pemda melalui dinas terkait mengambil langkah pencegahan agar DBD tidak meluas ke warga dan wisatawan lain yang sedang berada di 3 Gili mauoun perhotelan di wilayah darat.
“Saran saya supaya segera, saat musim pancaroba, agar Pemda mengeluarkan kebijakan yang bersifat preventif. Dinas perlu turun, begitu pula para pelaku wisata di setiap properti, segera diwajibkan fogging karena itu salah satu kewajiban yang tertuang dalam UPL/UKL,” paparnya. Ia mengakui, sejauh kasus telah muncul sejak Februari lalu, belum ada langkah fogging di Gili Air.

“Baru saya dan teman saya yang lakukan fogging, itu pun pakai tabung kecil sehingga foghing hanya kami lakukan di sekitar tempat tinggal dan di sekitar Jago Villa. Kalau yang lain, termasuk dari Dikes belum,” tegasnya.
Ia mengingatkan, agar pencegahan DBD dapat dilakukan sesuai sikluas cuaca pancaroba (hujan-panas-hujan). Pasalnya, 3 Gili yang seluruh wilayahnya berada di dekat pantai mendorong potensi peningkatan kasus.

“Mau penanganan jangka pendek atau jangka panjang, harusnya ada kebijakan, apalagi DBD paling ditakuti oleh wisatawan Asing,” cetusnya.
Terpisah, Plt. Kepala Puskesmas Nipah, Handini Puspita Arum, tak membantah sudah mengantongi kekhawatiran wisatawan asing yang diposting melalui FB. Jajaran Pkm Nipah dan Tim, akunya, sudah memberikan pesan dan edukasi sekaligus meminta manajemen hotel untuk melakukan tindakan pencegahan melalui fogging mandiri.
“Tindakan kami sudah, berup pesan dan edukasi ke warga di beberapa lokasi. Kami tetap koordinasi dengan Dinkes KLU selaku atasan kami dan juga berkoordinasi dengan jejaring kami (Tempat Praktik Mandiri di 3 Gili),” terangnya.

Hanya saja, Kapus Nipah yang kerap disapa I’in ini belum bisa memberi data terkait jumlah kasus. Menurut dia, publikasi data kasus DBD di 3 Gili menjadi kewenangan Dinas. Kendati demikian, Pkm Nipah selaku pembina Yankes di wilayah 3 Gili, langsung menindaklanjuti setiap ada laporan baik dari RS atau dokter praktik swatsa di 3 Gili. (ari)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -


VIDEO