Selong (Suara NTB)-Maggot menjadi salah satu instrument ekonomi yang memiliki potensi ekonomi cukup menjanjikan. Pasarnya sangat terbuka, di dalam bahkan luar negeri.
Besarnya peluang ekonomi dari budidaya maggot ini, membuat perusahaan seluler XL Axiata berinisiatif mendorong pondok pesantren untuk ambil bagian. Melalui program Pesantren Digital, XL Axiata mengenalkan pemanfaatan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan solusi Internet of Things (IOT) untuk lebih memberdayakan ekonomi pesantren. Salah satu solusi IoT yang diperkenalkan adalah X-Maggot, teknologi yang dirancang untuk mendukung budidaya maggot sebagai upaya pengelolaan sampah organik.
Adalah pondok pesantren Darul Muttaqien NWDI Perian Selatan, Kecamatan Montong Gading, Kabupaten Lombok Timur yang jadi percontohan pertama di Provinsi NTB. XL Axiata memfasilitasi sarana prasarana budidaya maggot, teknologi IOT, hingga pendampingan untuk mensukseskan percontohan ini.
Sebuah rumah budidaya maggot sudah berdiri di samping pintu masuk pondok pesantren Darul Muttaqien NWDI Perian Selatan. Rumah budidaya maggot ini sekaligus menjadi tempat belajar bagi para santri ponpes ini.
Di dalamnya terdapat bak-bak yang digunakan untuk budidaya maggot. Satu bak untuk larva maggot, satu bak lainnya adalah maggot siap panen. Rumah budidaya maggot ini tidak dikontrol secara manual seperti budidaya maggot pada umumnya. Dengan terpasangnya perangkat IOT, kontrol suhu secara ril time cukup dilakukan melalui ponsel. Sesuai suhu lingkungan yang dibutuhkan maggot.
“Suhunya rumah budidaya ini bisa diatur lewat handphone. Tidak boleh panas, tidak boleh juga terlalu dingin. Bisa dikontrol dari mana saja. Karena harus disesuaikan suhunya. Supaya tidak kepanasan, atau terlalu lembab,” kata Regional Group Head XL Axiata East Region, Dodik Ariyanto, bersama Chief of Corporate Affairs XL Axiata, Marwan O Baasir saat meresmikan , implementasi solusi X-Maggot di ponpes ini, Rabu, 4 Desember 2024.

Didampingi Pimpinan Pondok Pesantren Darul Muttaqien, TGH.Fahruddin Ma’shum,M.PdI, serta Perwakilan Pemerintahan Kabupaten Lombok Timur.
Budidaya maggot berbasis IOT dirancang untuk mendukung budidaya maggot sebagai upaya pengelolaan sampah organik yang dapat diolah menjadi pakan ternak berkualitas tinggi. Sehingga produktivitas budidaya meningkat, biaya operasional berkurang, dan proses pengelolaan menjadi lebih efisien.
Dodik mengatakan, dengan sentuhan teknologi IOT, masa budidaya maggot bisa lebih singkat, dari biasanya 30 hari panen, menjadi 20 hari panen. Maggot juga lebih berbobot dibanding budidaya pada umumnya.
Maggot adalah salah satu solusi mengolah sampah menjadi lebih bernilai ekonomis. Maggot memiliki protein yang tinggi, sehingga sering digunakan sebagai pakan ternak seperti ikan, burung, dan hewan ternak lainnya.
Sejumlah produk turunan maggot lainnya adalah dapat dijadikan pupuk kompos. Dapat diekspor dalam bentuk tepung larva. Dapat diekspor dalam bentuk minyak hewani. Dapat diolah menjadi pupuk kasgot. Maggot dapat diolah menjadi planter kit. Dapat diolah menjadi lilin aromaterapi berbahan dasar minyak maggot. Juga dapat diolah menjadi prebiotik.
“Potensi pasarnya berdasarkan data Kementerian mencapai Rp57 triliun. Kita berharap, ponpes ini menjadi pionir untuk budidaya maggot dengan teknologi IOT. Setidaknya, hasil budidaya di sini bisa dijual untuk kebutuhan budidaya ikan di lingkungan sekitar. Dan kita berharap, ponpes ini bisa menjadi tempat belajar ponpes-ponpes lainnya, atau siapa saja,” demikian Dodik.(bul)