Mataram (Suara NTB) – Balai Bahasa Provinsi NTB memberikan layanan pembinaan dan pengajaran literasi di Madrasah Ibtidaiyah (MI) NW Dasan Tapen, Gerung, Kabupaten Lombok Barat, pada Kamis, 12 Desember 2024. Kegiatan ini terselenggara atas inisiasi MI NW Dasan Tapen berupa Pelatihan Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Gerakan Budaya Literasi Madrasah (GBLM) bagi guru dan siswa MI NW Dasan Tapen. Sebanyak delapan guru dan 58 siswa kelas V dan VI mengikuti kegiatan yang dilaksanakan di Aula MI NW Dasan Tapen.
Layanan pengajaran diisi oleh tiga anggota Kelompok Kepakaran dan Layanan Profesional (KKLP) Literasi, yaitu Nurcholis Muslim, Ni Made Yudiastini, dan Lentera Nurani Setra. Kepala MI NW Dasan Tapen, Baiq Asmawati dan Kepala Kementerian Agama Kabupaten Lombok Barat, H. Haryadi Iskandar, hadir pada kegiatan ini.
Sebelum pelatihan dimulai, Kepala MI NW Dasan Tapen, Baiq Asmawati mengungkapkan kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan peningkatan mutu dan penguatan literasi bagi guru dan siswa. Harapannya, baik guru sebagai pengajar maupun siswa dapat memahami literasi sekolah dengan baik dan mempraktikkannya di lingkungan sekolah.
“Kami berharap dengan adanya penguatan literasi di lingkungan sekolah, proses pembelajaran siswa dapat berkembang dengan baik dan anak didik kami memiliki kompetensi yang baik dalam berliterasi,” jelas Asmawati.
Koordinator KKLP Literasi Balai Bahasa NTB, Nurcholis Muslim menjelaskan pengenalan materi dasar tentang literasi. Menurutnya, literasi penting karena menjadi tonggak atau pokok seluruh kegiatan manusia di muka bumi ini. Literasi itu bukan mata pelajaran atau kurikulum. Literasi itu ialah kegiatan, teknik, atau cara supaya orang mengetahui ilmu pengetahuan dan menjadi cakap dalam ilmu pengetahuan. Untuk itu, perlu adanya kemampuan literasi yang kuat. Di sela pelatihan, ia menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki kecakapan literasi dengan penguatan karakter yang kuat.
“Karakter yang jujur, dapat dipercaya, dan kekuatan kepemimpinan Nabi Muhammad saw. menjadi contoh nyata pembangunan karakter berbasis literasi dalam semua sisi kehidupan kita. Rasulullah telah belajar literasi numerasi sejak umur enam tahun dengan cara berdagang. Pembangunan literasi numerasi telah tampak saat itu,” paparnya.
Ia menjelaskan juga literasi menjadi salah satu materi kunci dalam proses pembelajaran, baik untuk guru maupun siswa. Guru harus memahami literasi dengan pemahaman modul ajar, bahan ajar, metode pengajaran, dan cara belajar sesuai dengan standar kecakapan literasi. Hal ini untuk memastikan bahwa pengetahuan secara utuh dapat diajarkan dan dipahami oleh siswa dengan baik.
Berikutnya, Lentera Nurani Setra mengenalkan materi “UKBI sebagai Media Peningkatan Literasi Siswa”. Ia melakukan tanya jawab seputar materi dasar pengenalan UKBI berupa kuis kata baku dan tidak baku dengan contoh kosakata yang telah biasa didengar atau dikenal oleh siswa. Misalnya, kata apotek, peduli, silakan, tanggung jawab, bertanggung jawab, mempertanggungjawabkan, dan kata sukacita.
Penguatan materi literasi disampaikan juga oleh Ni Made Yudiastini dengan tema “Membaca Nyaring”. Ia menjelaskan proses pembelajaran membaca nyaring yang melibatkan interaksi guru dan siswa. Lebih lanjut, ia menyampaikan penguatan literasi bisa dilakukan melalui pembelajaran digital, pengelolaan majalah dinding oleh siswa, pembiasaan membaca buku 15 menit, pemanfaatan perpustakaan sekolah, dan membaca nyaring dengan pilihan buku cerita yang menarik perhatian siswa. Yudiastini menekankan pentingnya membaca buku dengan seru dan menyenangkan.
“Bapak dan Ibu guru juga harus aktif dan belajar menarik minat siswa dalam membaca buku. Metodenya, bisa melalui membaca nyaring. Dalam membaca nyaring bukan hanya sekadar membaca saja. Akan tetapi, ketika membaca nyaring maka harus ekspresif sehingga pendengar dapat memahami cerita yang dibacakan. Dialog juga perlu dilakukan di sela-sela membaca nyaring untuk memastikan siswa memahami alur cerita yang disampaikan,” pesannya. (ron)