spot_img
Selasa, Desember 17, 2024
spot_img
BerandaNTBKOTA MATARAMDisdag Libatkan Satgas Pangan, Telusuri Dugaan Permainan Harga Daging Ayam

Disdag Libatkan Satgas Pangan, Telusuri Dugaan Permainan Harga Daging Ayam

Mataram (Suara NTB) – Harga daging ayam di pasar tradisional mahal. Mahalnya daging ayam ini disinyalir adanya permainan di tingkat bakulan alias pedagang. Satuan Tugas Pangan akan dilibatkan untuk menelusuri indikasi kecurangan tersebut.

Kepala Dinas Perdagangan Kota Mataram, Uun Pujianto menegaskan, stok daging ayam terbatas. Keterbatasan pasokan apakah produksi di peternakan mengalami penurunan ataukah adanya indikasi permainan di tingkat produsen atau pengepul (pedagang,red). Hal ini akan dikoordinasikan Dinas Pertanian Kota Mataram, untuk memastikan penyebabnya. “Iya, stok agak berkurang untuk daging ayam. Tadi (kemarin,red) saya dapat laporan,” terang Uun dikonfirmasi pada, Senin, 16 Desember 2024.

Seandainya stok dan mahalnya daging ayam disebabkan adanya permainan. Pihaknya akan melibatkan Satgas Pangan Kota Mataram, untuk menelusuri indikasi pelanggaran tersebut. Fenomena ini nyaris terjadi saat menjelang hari raya keagamaan maupun pergantian tahun.

Uun menambahkan, langkah antisipasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan menggelar pasar rakyat di enam kecamatan. Pasar rakyat rutin digelar guna mengantisipasi gejolak harga serta memenuhi kebutuhan warga. “Kita sudah laksanakan di enam kecamatan,” ujarnya.

Namun sebaliknya kata dia, apabila kebututuhan tinggi dan peternak tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumen, maka alternatifnya adalah mendatangkan ayam beku dari luar daerah.

Mantan Sekretaris Komisi Pemilihan Umum Kota Mataram mengakui, daging ayam beku memiliki segmentasi pasar berbeda. Artinya, warga tidak tertarik dengan ayam beku jika untuk kebutuhan konsumsi di rumah tangga. “Mau tidak mau sebagai alternatif disiapkan ayam beku,” pungkasnya.

Sementara itu, Perwakilan PT. Baling-Baling Bambu, Riskan Halalan sebelumnya menjelaskan, harga ayam di perusahaan atau kemitraan beberapa bulan sebelumnya sebenarnya anjlok atau di bawah harga pokok penjual (HPP). Hal ini disebabkan produksi meningkat tetapi daya beli masyarakat mengalami penurunan. Justru, pihaknya merasakan kenaikan harga di bulan November karena ketersediaan ayam mulai limit serta perusahaan menaikan harga.

Ia menyebutkan, harga ayam di kandang Rp22.000-Rp23.000 perkilogram. Pedagang biasanya menjual dengan mengambil selisih Rp13 ribu dari harga kandang. Artinya, di tingkat distributor harga ayam normal sehingga disinyalir kenaikan harga ayam di pasar tradisional disinyalir ada permainan dari pengepul atau pedagang bakulan. “Kami ini sebagai tangan pertama. Ayam yang keluar diambil oleh pengepul sebelum dijual ke pedagang,” jelasnya.

Rahmat Hidayat, Bidang Produksi PT. Baling-Baling Bambu menyebutkan, sejumlah 150 ribu ekor ayam dikeluarkan atau didistribusikan selama sepekan. Saat ini, ketersediaan ayam di kandang sedang limit  dan daya serap konsumen tinggi, sehingga menyebabkan kenaikan harga. “Ketersediaan ayam hampir limit,” sebutnya.

Pihaknya tidak mungkin menahan atau menunda pendistribusian ayam ke konsumen, karena akan berpengaruh terhadap biaya produksi. Rahmat mencontohkan, 150 ribu ekor dipelihara di kandang selama 35 hari sebelum dijual. Pihaknya akan rugi dari biaya pakan dan produksi, sehingga harus segera didistribusikan agar tidak terjadi penumpukan. (cem)

IKLAN

spot_img
RELATED ARTICLES
- Advertisment -




VIDEO