Selong (Suara NTB) – Kabupaten Lombok Timur (Lotim) siap menjadi tuan rumah perayaan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke 31 tingkat provinsi NTB. Acara puncak Harganas digelar tanggal 29 Juli 2024 mendatang. Menjadi tuan rumah itu dinilai Penjabat Bupati Lotim, HM. Juaini Taofik sebagai tantangan positif.
“Kalau kita anggap beban, ya beban. Tapi kalau dianggap peluang, ya peluang,” kata Pj Bupati saat dikonfirmasi usai rapat persiapan bersama dengan BKKBN Perwakilan NTB di Kantor Bupati Lotim, Selasa, 16 Juli 2024. Paling tidak katanya Lotim akan dikunjungi oleh keluarga dari sembilan Kabupaten/Kota lainnya se NTB menjadi beban, satu sisi namun juga bisa jadi peluang.
Lotim sebutnya merupakan daerah dengan jumlah penduduk terbesar di NTB. Jumlah keluarga juga terbesar, mencapai 374.421 Keluarga. Persoalan keluarga tidak dinafikan juga cukup komplek. Terlihat di lingkungan Pegawai Negeri Sipil (PNS) Lotim saja terjadi perceraian, ada terjerat kasus narkoba dan kasus lainnya.
Melalui Harganas ini diharapkan bisa menjadi momentum untuk meminta kualitas keluarga. Yakni dimulai dari lingkungan aparatur sipil negara yang ada di Kabupaten Lombok Timur.
“Saya berharap, esensi harganas sesuai tema kembali ke meja makan, jadikan keluarga berkualitas,” imbuhnya. Harganas juga merupakan momentum kembali menikmati suasana bersama keluarga.
Kepala DP3AKB, H. Ahmat menyampaikan salah satu kegiatan yang digencarkan dalam kegiatan Harganas adalah percepatan penurunan stunting. Karena momentumnya adalah hari keluarga, maka kegiatan-kegiatan banyak diisi dengan upaya memperkuat hubungan kekeluargaan.
Beberapa rangkaian acara adalah konvoi menggunakan vespa. Saat konvoi sesuai arahan Pj Bupati, boncengan suami istri. Ada kegiatan makan bersama dengan begibung menggunakan dulang. Ada jalan sehat cegah stunting dan lainnya.
Sementara itu, Sekretaris BKKBN Perwakilan NTB, Efendi menyampaikan Lotim adalah jantung NTB. Penduduk terbesar NTB ada di Lotim.
Harganas ini diharapkan dapat memperkuat komitmen semua jajaran Lotim. Tekan kasus stunting. Berdasarkan data dari SKI 2023, prevalensi stunting 24,6 turun dari 31,7. Kita sudah keluar dari zona merah. “Jangan terkena, target 14 persen masih jauh. Tapi bukan hal tak mungkin turunkan 2024, karena E PPGBM 13,49 persen sudah bagus dan mari mulai dari Lotim untuk NTB,” demikian. (rus)