EKONOMI Provinsi NTB tahun 2024 terhadap tahun 2023 mengalami pertumbuhan sebesar 5,30 persen (c-to-c). Angka tersebut merupakan pertumbuhan dengan memasukkan komponen pertambangan. Sementara pertumbuhan ekonomi 2024 tanpa pertambangan sebesar 3,87 persen.
Perekonomian NTB berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku Triwulan IV-2024 mencapai Rp44,84 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp26,73 triliun.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) NTB Wahyudin mengatakan, pada triwulan ke III-2024, pertumbuhan ekonomi NTB tercatat sebesar 7,32 persen. Namun karena triwulan ke IV mengalami penurunan, baik dengan atau tanpa tambang, sehingga ekonomi NTB secara komulatif berada di angka 5,30 persen.
“Kita berharap sebenarnya angka pertumbuhan ekonomi di triwulan III dan triwulan IV tidak terlalu jauh, namun ternyata lumayan,” kata Wahyudin saat menyampaikan berita statistik terkait pertumbuhan ekonomi NTB, Rabu, 5 Februari 2025.
Ia mengatakan, target pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB dari tahun 2025 – 2029 yang tertuang dalam RPJMN dan RPJMD diharapkan terus meningkat. Di 2025, target pertumbuhan ekonomi NTB sebesar 7 persen, sementara targat nasional 5,6 persen.
“Di tahun 2029, pertumbuhan ekonomi secara nasional ditargetkan 8 persen. Kita di NTB ditargetkan 9,3 persen,” katanya.
Menurutnya, Provinsi NTB harus bersiap untuk mendongkrak semaksimal mungkin potensi yang dimiliki guna merealisasikan target pertumbuhan ekonomi daerah sebesar 7 persen tahun ini. BPS dalam hal ini akan terus melakukan upaya perhitungan sesuai dengan tupoksinya.
Namun demikian ia meminta kepada Pemprov NTB untuk bisa membantu pihaknya dalam hal penyediaan data perusahaan-perusahaan besar yang beroperasi di NTB sebagai bagian dari instrumen yang dihitung dalam pertumbuhan ekonomi. Salah satunya data operasional PT Amin di KSB.
“PT Amin sudah melakukan ujicoba Smelter sejak bulan Oktober (2024-red), sehingga di Oktober sudah taka da ekspor biji logam. November ada eskpor sekitar 121 juta USD kemudian Desember tak ada ekspor. Dan sampai sekarang kita belum mendapat data hasil dari ujicoba smelter itu diapakan, karena dalam PDRB itu bisa masuk perhitungan,” katanya.
Ia menambahkan, dari sisi produksi, pertumbuhan terbesar terjadi pada Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian sebesar 11,66 persen. Sementara dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 11,26 persen.
Jika secara komulatif ekonomi NTB tumbuh 5,30 persen, ekonomi NTB Triwulan IV-2024 terhadap triwulan sebelumnya justru mengalami kontraksi sebesar 4,97 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Industri Pengolahan mengalami kontraksi terdalam sebesar 15,96 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, Komponen Ekspor Barang dan Jasa mengalami kontraksi tertinggi sebesar 40,61 persen.
“Sedangkan ekonomi Nusa Tenggara Barat Triwulan IV-2024 terhadap Triwulan IV-2023 mengalami kontraksi sebesar 0,50 persen (y-on-y). Dari sisi produksi, lapangan usaha pertambangan dan penggalian mengalami kontraksi terdalam sebesar 16,84 persen. Dari sisi pengeluaran, komponen Ekspor Barang dan Jasa mengalami kontraksi terdalam sebesar 41,43 persen,” ujarnya.(ris)