Mataram (Suara NTB) — Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Mataram (Unram) resmi menarik mahasiswa peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN) Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat (PMD) periode Desember-Februari. Penarikan itu dilakukan dalam sebuah acara penutupan melalui zoom meeting pada Kamis, 6 Februari 2025.
Kegiatan ini menjadi tanda berakhirnya masa pengabdian 2.131 mahasiswa di 213 desa yang ada di enam kabupaten, baik di Pulau Lombok dan Sumbawa selama 45 hari. Melalui program ini, mereka mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah untuk membantu pembangunan masyarakat, mulai dari bidang pendidikan, ekonomi kreatif, hingga pemberdayaan sosial.
Dalam kesempatan ini hadir Kepala LPPM Unram, Prof. Dr. Ir. Sukartono, M.Agr.; didampingi oleh Kepala Pusat Kerja Sama dan KKN, Dr. Ir. Misbahuddin, S.T., MT., IPU.; Sekretaris Layanan KKN, Suprayanti Martia Dewi, SP., M.Si.; Kepala Sub Bagian Umum, Roni Paslan, S.Adm.; serta seluruh Dosen Pendamping Kegiatan KKN.
Misbahuddin dalam laporannya menyampaikan, selama 45 hari pelaksanaan KKN, seluruh program berjalan dengan lancar tanpa kendala berarti. “Alhamdulillah, kegiatan ini berlangsung tanpa ada kecelakaan atau insiden. Mahasiswa berhasil menjalankan berbagai program pemberdayaan masyarakat, termasuk instalasi biogas di Setiling, penanaman 2.000 pohon mangrove di Lombok Timur, serta pelestarian sumber mata air di Lembar Selatan dan Sesaot,” ungkapnya.
Selain itu, mahasiswa juga aktif dalam membantu desa meningkatkan pemasaran digital untuk produk lokal, menjadikan hasil KKN lebih variatif dan berdampak nyata bagi perekonomian masyarakat. Keikutsertaan mereka dalam program ini tidak hanya memberikan manfaat bagi desa, tetapi juga meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berkomunikasi, berkolaborasi, serta beradaptasi dengan lingkungan sosial yang beragam.
Kepala LPPM Unram, Prof. Sukartono menekankan pentingnya peran mahasiswa, Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), dan pengelola KKN dalam merancang program yang tidak hanya memberdayakan masyarakat, tetapi juga mengedukasi mereka dalam menghadapi tantangan global seperti krisis energi, perubahan iklim, dan bencana hidrometeorologi.
“Melalui KKN, mahasiswa memiliki kesempatan untuk menjadi agen perubahan dalam mengedukasi masyarakat terkait mitigasi perubahan iklim. Program-program yang mereka rancang, seperti instalasi biogas di Setiling, penanaman mangrove di Lombok Timur, serta konservasi sumber mata air di Lembar Selatan dan Sesaot, merupakan contoh nyata bagaimana akademisi dan masyarakat bisa berkolaborasi dalam mengurangi dampak lingkungan,” ujar Prof. Sukartono.
Ia juga menegaskan tantangan lingkungan yang semakin kompleks membutuhkan pendekatan berbasis sains dan teknologi yang dapat diterapkan secara langsung oleh masyarakat. Oleh karena itu, mahasiswa diharapkan tidak hanya membagikan pengetahuan, tetapi juga membangun kesadaran kolektif untuk bertindak.
“Mitigasi perubahan iklim harus menjadi agenda bersama. Kita tidak hanya fokus pada solusi jangka pendek, tetapi juga bagaimana program-program ini dapat berkelanjutan dan memberikan dampak jangka panjang bagi kesejahteraan masyarakat dan lingkungan,” tambahnya.
Masyarakat desa tempat pelaksanaan KKN juga turut memberikan apresiasi atas program yang telah dijalankan. Sekretaris Desa Kertasari, Sumardi, berharap keberlanjutan program ini dapat terus memberikan dampak positif.
“Kami sangat berterima kasih atas kontribusi mahasiswa KKN yang telah membantu Desa Kertasari dalam berbagai aspek, mulai dari penghijauan hingga edukasi sosial. Program penanaman pohon yang mereka lakukan tidak hanya memperindah desa, tetapi juga menjadi langkah nyata dalam menjaga ekosistem dan keberlanjutan lingkungan,” ujarnya.
Selain itu, mahasiswa juga turut menggali dan mengembangkan potensi lokal desa dengan pendekatan berbasis kearifan lokal. Berbagai program pemberdayaan ekonomi, pelatihan keterampilan, serta promosi produk desa berbasis digital semakin membuka peluang bagi masyarakat untuk lebih mandiri dan sejahtera.
“Pendekatan mahasiswa yang berbasis kearifan lokal sangat kami apresiasi. Mereka tidak hanya datang untuk mengajar, tetapi juga belajar dari masyarakat dan bersama-sama mencari solusi terbaik untuk pengembangan desa,” tambahnya. (ron)