Mataram (Suara NTB) – Hujan terus melanda daerah Kabupaten Bima, khususnya di beberapa desa. Akibatnya, para petani bawang merah menunda proses penanaman. Hal ini disampaikan petani bawang merah di Desa Sakuru, Kecamatan Monta, Kabupaten Bima, Rahma, yang dihubungi Suara NTB, Jumat siang, 21 Februari 2025.
Periode musim hujan di wilayah NTB memang diprediksi akan terus berlangsung sampai Maret 2025. Berdasarkan data Klimatologis, pulau Lombok dan Pulau Sumbawa memiliki karakteristik hujan yang berbeda.
Puncak musim hujan di Pulau Lombok terjadi di bulan Desember 2024 sampai Januari 2025, sedangkan untuk Pulau Sumbawa saat ini sedang mengalami puncak musim hujan.
Dikatakan bahwa sampai saat ini para petani di desa Sakuru belum bisa melakukan penanaman bawang merah, dikarenakan hujan yang terus melanda desa. Dan diperkirakan akan memulai penanaman pada pertengahan atau akhir bulan Maret 2025 ketika curah hujan sudah stabil.
“Kemarin-kemarin memang hujannya setiap hari. Tapi sekarang udah tidak setiap hari. Ada jedanya sehari dua hari. Tapi sekalinya hujan datang langsung besar,” jeasnya.
Dikatakan bahwa, penanaman bibit bawang merah tidak bisa dilakukan pada media tanah yang basah. Karena jika dipaksa tanam akan berakibat pada busuknya bibit bawang merah.
“Kalo bawang merah ditanam paksa di tanah yang basah, nanti busuk bibitnya. Nanti tumbuhnya tidak bagus,” pungkasnya.
Diinformasikan bahwa di desa lain seperti Baralau, Kecamatan Monta, Kabupaten Bima juga mengalami hal yang sama. Yaitu penundaan penanaman bawang merah.
Sembari menunggu curah hujan stabil para petani bawang merah, melakukan persiapan untuk penanaman bawang merah. Seperti menggarap sawah untuk tempat penanaman, persiapan bibit dan obat-obatan pestisida.
“Bajak sawah karena sehari dua hari ini hujannya lagi reda, jadi orang bajak sawah dulu,” ujarnya.
Meski demikian, diakui para petani bawang merah merasa bersyukur dengan tertundanya penanaman ini. Dikarenakan untuk saat ini harga bawang merah sedang mengalami penurunan. (hir)