PENERBANGAN dari Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid (BIZAM) menuju Kuala Lumpur, Malaysia memiliki potensi yang cukup besar. Sekarang, penerbangan dari BIZAM -Kuala Lumpur dilayani AirAsia dan Super Airjet. Satu lagi maskapai internasional Malindo siap membuka rute, BIZAM -Kuala Lumpur.
Demikian disampaikan Stakeholder Relation Manager PT. Angkasa Pura I Lombok International Airport (LIA) Arif Haryanto yang dikonfirmasi usai pelantikan pengurus Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Provinsi NTB periode 2024-2027 di Gedung Sangkareang Kantor Gubernur NTB, Senin, 22 Juli 2024.
Diakuinya, pihak Angkasa Pura menunggu surat resmi dari Malindo yang berencana membuka rute penerbangan dari BIZAM -Kuala Lumpur. Begitu juga ke rute penerbangan lainnya di Indonesia, khususnya menjelang MotoGP September mendatang.
“Kalau rencana penambahan penerbangan domestik atau internasional itu memang ada beberapa, khususnya jelang MotoGP ini ada beberapa maskapai yang siap membuka rute baru seperti Malindo, Garuda Indonesia. Malindo baru, tapi masih sampai saat ini kami masih menunggu surat resmi dari pihak Malindo,” tambahnya.
Beberapa waktu lalu, pihak Malindo sudah melakukan pertemuan dengan pihak PT AP I LIA yang berencana membuka rute penerbangan dari BIZAM -Kuala Lumpur. Namun, pihaknya belum bisa memastikan kapan waktu yang pasti pihak maskapai merealisasikan rencananya.
“Jadi prinsipnya, kami siap menerima baik penambahan rute baru, penambahan frekuensi penerbangan. Prosesnya seperti yang kami harapkan nggak lama lagi. Ada update lagi,” terangnya.
Sementara penerbangan domestik, ungkapnya , kemungkinan jelang MotoGP akan ada penambahan penerbangan. Ada juga penambahan rute baru dari Pelita Air, tapi pihaknya masih menunggu.
“Kalau sounding dari maskapai sudah lumayan banyak. Cuma kita masih menunggu resmi. Karena bagaimana pun kita tunggu surat resmi, kapan mau terbang, jamnya berapa, nanti kita tinggal eksekusi di lapangan,” ujarnya .
Sementara terkait penambahan jam operasional, pihaknya selalu siap. Beberapa waktu lalu, pihaknya pernah beroperasi 24 jam. Namun, pihak bandara harus berhitung soal biaya operasional. Sekarang ini jam operasional bandara sampai jam 21.00 WITA. Sedangkan, di atas jam 9 malam permintaan dari maskapai sedikit.
Menurutnya, jika hanya 1 atau 2 maskapai yang beroperasi di atas jam 9 malam tidak akan menutup biaya operasional. Namun, jika ada maskapai lainnya seperti Garuda, Lion Air di jam yang sama ingin menambah frekuensi penerbangan, pihaknya siap.
‘’Soalnya setiap 1 jam penambahan jam penerbangan, operasional kan nambah. Lampu, SDM yang stand by di terminal juga, itu harus kita perhitungkan. Jadi misalkan dalam evaluasi kami memungkinkan, kenapa nggak kita tambah. Prinsipnya kita siap tambah jam operasional, tapi kita evaluasi seperti apa biaya operasional yang dikeluarkan,” terangnya. (ham)