Mataram (Suara NTB) – Pelaksanaan MotoGP di Pertamina Mandalika International Circuit sudah memasuki tahun ke tiga. Kekhawatiran mahalnya harga sewa kamar hotel dan transportasi saat event MotoGP masih ada. Hal ini perlu dicarikan jalan keluarnya, sehingga kejadian serupa saat event MotoGP pertama kali digelar tidak terulang kembali.
Menurut Ketua ASITA NTB Dewantoro Umbu Djoka, mahalnya harga sewa kamar hotel dan transportasi akan merugikan pelaku usaha itu sendiri. Jika pihak manajemen hotel menaikkan harga kamar atau memaksa tamu harus menginap tiga malam empat hari, maka pecinta otomotif atau MotoGP di Jakarta, Jawa Barat atau Jawa Timur akan memilih menonton ke Sirkuit Sepang Malaysia atau ke Thailand.
“MotoGP sekarang beda dengan yang pertama. Sekarang ini lebih banyak tamu yang berkualitas. Jadi kita jangan terkecoh dengan yang lalu. Itu yang pertama, belum berkualitas. Sekarang ini sejak tahun kemarin tamu yang datang adalah yang hobi, banyak dari luar negeri dibandingkan yang pertama. Kalau dulu kan yang penting datang,” ujarnya saat dikonfirmasi, kemarin.
Diakuinya, pada pagelaran event MotoGP yang ke-dua dan ketiga banyak yang berasal dari komunitas motor. Komunitas motor ini diharapkan setelah menonton di NTB bisa mempromosikan objek wisata yang ada di NTB di negaranya masing-masing.
“Pada MotoGP pertama, RI 1 datang, mau nggak mau. Yang nggak hobi juga wajib datang, full hotel. Kalau sekarang hotel sudah mulai paham dalam menerapkan tarif kamar hotel. Kalau MotoGP yang pertama, karena habis Covid-19, kedua tamunya banyak. Sekarang ini, orang hotel tidak mainkan harga lagi,’’ ujarnya.
Disinggung terkait hotel yang sudah menerapkan harga, namun adanya broker yang bermain, Umbu Djoka membantahnya. Anggota BPPD NTB ini, menjelaskan, jika sekarang manajemen hotel mau jual mahal, maka kamarnya tidak akan laku. Sementara sekarang ini, orang membeli saat kondisi normal saja banyak yang tidak mau. “Ini pasar. Pasar memang begitu,” terangnya.
Pihaknya memberikan apresiasi kepada Pj Gubernur NTB, Hassanudin yang akan menindak hotel yang menaikkan harga kamar. Namun, pihaknya memberikan keyakinan jika sekarang pihak hotel tidak seperti event MotoGP yang pertama seenaknya menaikkan harga
“Itu hasil pantauan saya , karena dari pantauan hingga pekan ini hotel di Kota Mataram belum terlalu full,” tambahnya.
Diakuinya, hotel yang sudah banyak permintaan itu di kawasan Sirkuit Mandalika. Sementara di Kota Mataram dan Senggigi atau di luar zona 1, masih banyak kamar yang kosong. Adanya peringatan dari pemerintah daerah terhadap manajemen hotel sudah cukup bagus.
“Saya lihat kawan kawan hotel tidak seperti dulu. Bisa juga karena situasi dan pengalaman pertama. Bisa juga karena masyarakat di beberapa daerah akan mikir-mikir untuk menonton ke Mandalika dan lebih memilih menonton ke Sepang Malaysia atau Thailand,” katanya.
Untuk itu, pihaknya mengharapkan pada pelaksanaan event MotoGP nanti mendapat dukungan dari banyak pihak. Menurutnya, kalau ke Lombok harga tiket pesawat mahal, harga kamar hotel juga mahal dan akomodasi lainnya selama event berlangsung, kemungkinan pecinta MotoGP di beberapa daerah di Pulau Jawa akan menonton ke Sepang dengan hanya modal Rp500 ribu bisa sampai.
“Saya bilang ke Bu PHRI kalau bisa hotel jangan paksa orang harus tiga malam. Normal saja, meski mau 1 malam atau beberapa malam. Itu salah satu faktor yang mendorong menjadi mahal,” terangnya. (ham)