Mataram (Suara NTB) – Pameran lukisan yang digelar di Taman Budaya, Kota Mataram menghadirkan 27 karya lukisan dari 27 perupa yang ada di beberapa daerah di Indonesia, antara lain Provinsi NTB meliputi Lombok, Bima, Sumbawa, Aceh, Yogyakarta, Sulawesi, Bali, dan Makassar. Kegiatan tersebut diinisiasi oleh Komunitas Sakart dan Komunitas Senine Aksi Indonesia, Lombok Timur.
Kurator pameran, Sasih Gunalan menyebutkan, pameran tersebut mengusung tema [re]koneksi, yang artinya dapat menjembatani pertemuan karya seniman dari berbagai daerah di Indonesia dengan mengambil lokus kegiatan di NTB. Pameran tersebut juga menjadi ruang pertemuan yang akan menghubungkan kembali wacana seni rupa di NTB, dengan berbagai wilayah lain di Indonesia. Harapannya, kegiatan yang tengah berlangsung itu dapat menjadi sarana untuk menguatkan kembali simpul-simpul identitas kebudayaan nasional yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.
“Yang kita hadirkan ini memang seniman-seniman muda yang memang memiliki nama di peta seni rupa di Indonesia,” ujarnya.
Selain itu, melalui karya-karya yang dihadirkan para seniman, para apresian akan mendapatkan refleksi kritis atas kondisi faktual yang menghubungkan Provinsi NTB sebagai lokus kegiatan dengan wacana kesenian yang lebih besar di Indonesia.
Selaku kurator, ia mengakui kesulitannya terdapat pada tahap seleksi karya karena antusiasme para seniman untuk dilibatkan cukup besar, dan ruang yang dimiliki sangat terbatas. Selain itu, pameran tersebut menjadi pameran nasional pertama yang direalisasikan di Kota Mataram. “Karena ruang yang dimiliki terbatas, jadi kami hanya melibatkan 27 perupa,” katanya.
Selain itu, gagasan besar dari pameran tersebut yaitu, kedepannya Provinsi NTB dapat memiliki event kesenian bertaraf nasional mau pun internasional. Ia mencontohkan di bidang olahraga, yang mana saat ini MotoGP dan lainnya sudah berjalan sangat pesat. Sehingga, melalui pameran yang sedang berlangsung hingga 3 Agustus 2024, diharapkan menjadi cikal bakal hadirnya pameran tahunan yang disebut “Annual Art”, yang nantinya melibatkan seniman-seniman dari berbagai daerah di Indonesia.
“Pameran ini juga sebenarnya menjadi bagian dari gerakan kita keluar dari sebutan daerah seni pinggiran. Berbeda dengan daerah Bali, Jakarta dan Yogyakarta. Dan itu yang menjadi kegelisahan saya bahwa pusat pinggiran ini masih berlaku, dan sebenarnya kita masih bisa bergerak dari pinggiran ke pusat,” ungkapnya.
Salah satu lukisan yang dihadirkan perupa asal Lombok dalam pameran tersebut yaitu lukisan “Kau Dongol #5” karya Babat Nufus Tarenaksa. Lukisan tersebut menjadi salah satu karya yang merepresentasikan manusia dengan lingkungan. Yaitu menceritakan tentang eksploitasi alam, bukit, dan tanah-tanah yang sudah dipatok yang tidak pernah terlepas dari tindakan manusia itu sendiri.
Selain lukisan, terdapat juga “Instalasi kunang-kunang in Mataram” karya Saparul Anwar, yang memanfaatkan bahan bangunan sebagai dasar pembuatannya. Instalasi terebut menjadi salah satu media yang menangkap momen Kota Mataram, yang mana alam dan kota bersatu dalam harmoni yang menakjubkan. Menurut perupa yang akrab disapa Phalonk, karya tersebut dapat memberikan rasa kagum dan ketenangan, serta menunjukkan bahwa di tengah kesibukan kota sekali pun, keindahan alam masih dapat ditemukan. (ulf)